TEMPO.CO, Jombang - Salah satu kandidat Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) As’ad Said Ali menganggap kericuhan yang terjadi dalam Muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur, sebagai hal yang wajar dan bagian dari dinamika organisasi.
“NU seperti cewek yang cantik. Ada sedikit persoalan sudah jadi berita yang hangat, padahal ini karena proses dinamika,” katanya usai bedah buku biografi salah satu pendiri NU KH Abdul Wahab Hasbulloh di Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Jombang, Jawa Timur, Senin malam, 3 Agustus 2015.
Baca Juga:
Ia mengapresiasi kebijaksanaan pejabat Rais Aam PBNU yang meredam perbedaan pendapat antara dua kubu mengenai mekanisme pemilihan Rais Aam. “Proses dinamika itu diakhiri dengan KH Mustofa Bisri yang elegan di depan umum dan mengatakan kembali ke sistem sebelumnya," katanya. (baca:As'ad Ali Bisa Jadi Kuda Hitam Calon Ketum PBNU )
Sekali lagi As’ad menilainya wajar meski terjadi kericuhan. “Wajar, habis gegeran (bertikai), ger-geran (ketawa), inilah NU,” katanya.
As’ad merupakan calon alternatif selain dua kandidat Ketua Umum PBNU lainnya, yaitu petahana KH Said Aqil Siradj dan KH Salahudin Wahid (Gus Solah). As’ad merupakan salah satu Ketua PBNU periode 2010-2015 dan pernah menjadi Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). (baca:Politik Uang, As'ad: Wajar Calon `Nyumbang` Peserta Muktamar)
Dalam Muktamar NU ke-33 di Jombang kali ini, As’ad mengklaim mendapat dukungan penuh dari jajaran PCNU dan PWNU di Jawa Tengah serta Yogyakarta sebagai basis massanya selama ini. Ia juga yakin akan mendapat dukungan dari sejumlah PCNU di luar Jawa dan PCINU di luar negeri.
ISHOMUDDIN