TEMPO.CO, Surabaya-Calon Wakil Wali Kota Surabaya inkumben, Wisnu Sakti Buana, menuding Koalisi Majapahit yang berisi gabungan lima partai politik besar sengaja mendesain agar pemilihan kepala daerah ditunda. Tudingan tersebut berkaitan dengan hanya ada satu pasang calon yang mendaftar ke KPU setempat, yakni wali kota inkumben Tri Rismaharini berpasangan dengan dirinya.
Wisnu, yang juga Ketua PDI Perjuangan Kota Surabaya, menengarai sejak awal dideklarasikan, sudah ada tanda-tanda bahwa Koalisi Majapahit bakal menjegal pilkada di Surabaya. "Telah terbukti siapa biang keroknya, masyarakat harus melihat itu sebagai langkah politik yang sangat merugikan,” kata Wisnu, Selasa, 4 Agustus 2015. Wisnu akan berpasangan dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Menurut Wisnu, ditundanya pilkada Surabaya tidak ada kaitannya dengan strategi politik yang dimainkan PDI Perjuangan. Justru situasi ini disebabkan oleh sikap gamang Koalisi Majapahit mencalonkan jagonya mengingat elektabilitas Risma sangat tinggi. Padahal mereka terdiri atas Partai Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN, PKB dan PKS.
Baca juga:
EKSKLUSIF: Abror Tetap Maju Tantang Risma di Pilkada 2017
EKSKLUSIF: Ini Alasan Abror Nekat Tantang Risma
Semestinya, kata Wisnu, sebagai gabungan dari enam partai politik, mesin Koalisi Majapahit bisa bergerak menandingi inkumben. Wisnu melihat Koalisi Majapahit hanya koar-koar di media masa dan tidak berani mengusung pasangan caloni. “Padahal mereka mengklaim mewakili warga Surabaya yang berhak memilih calon pemimpinnya,” kata dia.
Ketua Kelompok Kerja Koalisi Majapahit A.H. Tony balik menuding ditundanya pilkada Surabaya karena kesalahan PDIP sendiri. Politikus Partai Gerindra ini ganti menuding PDI Perjuangan bermanuver di tingkat elite partai politik sehingga Koalisi Majapahit terpecah belah.
Buktinya, menurut Tony, rekomendasi calon yang diusung hanya diputusakan oleh PAN dan Partai Demokrat di tingkat pusat. Sehingga pengurus di tingkat daerah hanya menurut saja. “Ada kekuatan politik yang lebih besar yang mengendalikan proses pilkada ini, jadi tolong jangan menuduh Koalisi Majapahit,” katanya. (Lihat Video Mantan Koruptor Percaya Diri Ikut Pilkada)
Tony menklaim, Koalisi Majapahit masih solid dan tidak pecah. Ia menyalahkan PAN dan Demokrat yang mengusung bakal calon Dhimam Abror dan Haries Purwoko -meski akhirnya batal- karena hanya mengikuti instruksi elite partai. “PAN dan Demokrat tingkat Surabaya memina maaf kepada Koalisi Majapahit karena hanya menjalankan perintah,” kata dia. (Video Pilkada: Daftar ke KPU, Balon Bupati Pandeglang Ini Naik Traktor)
Tony berujar meski Koalisi Majapahit tidak mengusung pasangan calon namun hal itu juga sebuah sikap politik yang harus dihargai. Koalisi, kata dia, tidak mungkin mengusung pasangan calon yang hanya sebagai pelengkap penderita. “Kami sepakat tidak mengusung pasangan calon boneka, karena itu akan membohongi dan menipu masyarakat Surabaya,” kata dia.
MOHAMMAD SYARRAFAH
Berita Menarik:
10 Perampok Satroni ATM, Cuma Dapat Rp 550 Ribu
Mobilnya Disalip, Anggota TNI Lepaskan Tembakan di Jalan Tol
Ini Sosok Wanita Pengemudi Gojek Cantik