TEMPO.CO, Sidoarjo - Pondok Pesantren Millinium Rodlotul Jannah dikenal sebagai pondok yang memiliki santri usia bayi sampai remaja. Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Arist Merdeka Sirait mendapat laporan penelantaran anak di pesantren tersebut.
Berangkat dari laporan itu, Arist kemudian mendatangi Pondok Pesantren Millinium Rodlotul Jannah yang terletak di Desa Tenggulunan, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, itu, Senin, 3 Agustus 2015.
Setelah masuk dan melihat kondisi, Arist menilai Pondok Pesantren Millinium tidak layak menjadi tempat belajar bagi santri yang didominasi anak-anak di bawah usia 5 tahun, termasuk bayi. "Pondok pesantren ini sebenarnya tidak layak untuk begitu banyak anak. Mereka membutuhkan tempat yang sehat," kata Arist.
Arist meminta pengelola memperhatikan kondisi pondok pesantren. Apalagi anak-anak yang berada di pondok kebanyakan tidak dalam kondisi sehat. "Tentu mereka harus dipelihara, dibina, dan dibimbing di tempat yang sehat," ujarnya.
Saat berkeliling di dalam pondok, Arist melihat kondisi pondok yang sangat memprihatinkan. Sebuah ruangan berukuran 2 x 3 meter ditempati lebih dari sepuluh balita. Jumlah tenaga pengasuh juga sangat terbatas.
Arist mengaku KPAI datang ke Pondok Pesantren Millinium Rodlotul Jannah karena beberapa minggu lalu mendapatkan laporan dugaan penelantaran anak. Di Pondok Pesantren Millinium, ada sekitar 200 lebih santri yang didominasi santri balita.
Meski kondisi mereka memprihatinkan, Arist mengapresiasi apa yang dilakukan pengasuh Pondok Pesantren Millinium. Walaupun dengan kondisi yang tidak layak, mereka mau menampung dan memelihara ratusan bayi dan balita telantar dari berbagai daerah. Itu sebabnya, Arist akan meminta pemerintah daerah maupun pusat memberikan perhatian kepada Pondok Pesantren Millinium Rodlotul Jannah.
Pengasuh Pondok Pesantren Millinium Rodlotul Jannah, KH Muhammad Khoirul Saleh Efendi, yang biasa disapa Gus Mad, senang dengan kedatangan KPAI. Dia berharap kedatangan KPAI bisa membantu memberikan tempat yang layak untuk para santri.
NUR HADI