TEMPO.CO, Jombang - Sejak awal, cucu Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Parikesit Azmi, galau dengan busana yang akan dikenakan untuk mendampingi neneknya, Sinta Nuriyah, ke acara Muktamar Nahdlatul Ulama di Jombang, Jawa Timur.
Cucu Gus Dur yang duduk di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama itu sejatinya ingin mengenakan kain sarung, pakaian khas warga nahdliyin--sebutan warga Nahdlatul Ulama. Belum juga pergi dengan mengenakan sarung, Sinta menakut-nakuti cucunya yang biasa disapa Azza itu dengan mengatakan dia didaulat membaca doa dalam acara resmi itu.
“Cucu Gus Dur harus bisa memimpin doa di sana nanti (Muktamar NU),” kata Inayah Wahid, putri bungsu Gus Dur, menirukan ucapan ibunya di sela acara Muktamar NU di Jombang, Sabtu, 1 Agustus 2015. Ogah membaca doa, putra Alisa Qortrunnada Munawarah, putri pertama Gus Dur, tersebut kemudian memutuskan memakai celana pendek.
Dalam acara Muktamar NU, Azza menemani nenek dan tantenya membuka pameran foto Gus Dur di Taman Bacaan MEP, Jalan KH Agus Salim Nomor 9, Jombang. Ketika sampai di tempat pameran foto, Azza langsung menyapa KH Zawawi Imron kemudian memeluknya seperti menyapa temannya. Sedangkan Inayah tampak takzim menyalami kiai penyair asal Madura tersebut.
Saat Sinta menjadi pembicara, Azza kembali dijahili. Sinta meminta Azza duduk di sebelahnya, di kursi pembicara. Azza berulang kali menolak hingga Sinta berujar, "Kalau tidak mau, nanti dipanggil cucunya Gus Dur lho."
Mendengar neneknya berucap begitu, Azza menurut. Saat duduk di samping Sinta, Azza menarik kaus oblong yang dikenakannya hingga menutupi kepala. Berulang kali, Azza mengaku malu karena salah kostum.
HARI TRI WASONO