TEMPO.CO, Semarang - Muktamar Nahdlatul Ulama di Jombang akan dimulai hari ini. Salah satu agenda yang hangat dibicarakan adalah pemilihan Ketua Umum PBNU. Sekretaris NU Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Yusuf Hasyim menyatakan pihaknya belum menentukan hal ihwal calon yang akan didukung dalam muktamar. ”Sebab, sistem pemilihannya juga masih belum diputuskan. Masih ada pro-kontra mengenai sistem pemilihan,” kata Yusuf Hasyim saat dihubungi Tempo, Sabtu, 1 Agustus 2015.
Sistem pemilihan pimpinan di NU memang masih pro-kontra apakah menggunakan sistem pemilihan langsung atau sistem perwakilan dengan cara ahlul hali wal aqdi. Sebagian pengurus NU menginginkan agar pemilihan menggunakan sistem pemilihan langsung agar demokratis. Di sisi lain, ada juga kelompok di NU yang menginginkan penggunaan sistem ahlul hali wal aqdi. Tujuannya untuk menghindari permainan politik keras yang cenderung menghadap-hadapkan antara kiai dan ulama.
Baca Juga:
Dalam AD/ART NU, sistem pemilihan masih berpatokan pada pemilihan langsung. Sedangkan dalam musyawarah nasional alim ulama beberapa waktu lalu, ada sistem pemilihan ahlul hali wal aqdi.
Yusuf menyatakan rata-rata pengurus cabang di daerah juga belum menentukan sikap ihwal jago yang akan didukungnya. ”Kami bertanya kepada cabang lain juga sama. Mereka masih melihat situasi dan kondisi di muktamar,” ujar Yusuf.
Sejauh ini ada beberapa calon yang akan maju dalam pemilihan Ketua Tanfidziyah PBNU, seperti Ketua PBNU saat ini, Said Aqiel Siradj; As’ad Ali (mantan Wakil Ketua BIN), Solahuddin Wahid (pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang); dan Muhammad Adnan (mantan Ketua NU Jawa Tengah).
Yusuf menyatakan pihaknya lebih tertarik agar NU ke depan melakukan berbagai perbaikan. Seperti harus konsentrasi mengurus masalah keumatan hingga NU jangan terjebak pada politik praktis.
ROFIUDDIN