TEMPO.CO, Sampang - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sampang menyatakan musim kemarau tahun ini menyebabkan 46 desa di 12 kecamatan mengalami kritis air bersih. "Tapi tidak semua kategori kering kritis, sebagian kategori kering langka," kata Kepala BPBD Sampang, Anang Juardi, Rabu, 29 Juli 2015.
Untuk meringankan beban masyarakat dalam memperoleh air bersih, Anang mengatakan cara yang dilakukan pihaknya adalah bekerja sama dengan Perusahaan Daerah Air Minum untuk mendistribusikan air tangki sebanyak dua kali dalam sehari ke desa yang dilanda kekeringan.
Anang meminta warga berhemat air. Sebab, sesuai informasi yang diterima dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Surabaya, kemarau tahun ini akan berlangsung lebih lama dari tahun sebelumnya. Jika prediksi BMKG betul, ada kemungkinan daerah yang dilanda kekeringan akan bertambah.
Meski secara statistik tinggi, Anang mengklaim, desa terdampak kekeringan di Sampang tahun ini menurun kendati belum signifikan. "Tahun lalu 50 desa, sekarang 46 desa," katanya.
Kemarau panjang ini telah memaksa warga Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, menunda bertani tembakau. Biasanya, sejak awal bulan Juli warga di bekas daerah konflik Sunni-Syiah ini sudah bertanam tembakau. "Air di sungai mengering, kami tidak bisa menyiram tanaman," kata Ridai, warga Nangkernang.
Berdasarkan pantauan Tempo beberapa waktu, sebagian besar lahan pertanian di kampung itu dibiarkan kosong dan sebagian ditanami pohon singkong. "Kalau air untuk kebutuhan sehari-hari masih cukup, air di sumur belum menyusut," katanya.
Meski dilanda kekeringan, seorang petani tetap nekat menanam tembakau. Di tengah hamparan bibit tembakau yang masih layu, tampak galian tanah dilapisi plastik transparan untuk menampung air. "Air itu diambil dari sumur, dialirkan ke penampungan memakai pompa, tapi besar biayanya karena harus beli pipa paralon," kata Rida'i.
MUSTHOFA BISRI