TEMPO.CO, Bangkalan - Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jendral Badrodin Haiti mengatakan pihaknya masih belum mengetahui siapa aktor intelektual di balik kerusuhan di Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua, yang terjadi pada Hari Raya Idul Fitri Jumat dua pekan lalu.
"Indikasinya apa yang terjadi di Tolikara ada aktornya, tapi masih kami selidiki," katanya di Bangkalan, Sabtu, 25 Juli 2015.
Baca Juga:
Menurut Badrodin, penyelidikan untuk mengungkap musabab sebenarnya di balik rusuh Tolikara terus berjalan. Polda Papua, kata dia, telah menetapkan dua tersangka dalam kasus yang menewaskan satu anak dan melukai sebelas orang lainnya tersebut.
Badrodin berharap pemeriksaan dari kedua tersangka tersebut tidak hanya mengungkap penyebab kerusuhan, tapi juga bisa mengungkap siapa dalang kerusuhan yang menyebabkan puluhan kios dan sebuah masjid di Karubaga ludes dibakar massa. "Untuk menetapkan seseorang sebagai aktor kerusuhan harus ada fakta hukum, itu yang sedang kami kumpulkan lewat penyelidikan," ujar dia.
Kedua tersangka, dia melanjutkan, telah diperiksa hari ini di Polda Papua. Adapun besok giliran pihak gereja di Tolikara akan diperiksa. "Untuk sementara, kami menyebut apa yang terjadi di Tolikara perbuatan kriminal saja," kata dia.
Rusuh di Tolikara dipicu aksi protes Jemaat GIDI atas pelaksanaan salat Ied di Makoramil Karubaga pada Jumat pekan lalu. Protes dilakukan karena pada hari yang sama pemuda GIDI sedang menggelar acara KKR internasional.
Polisi yang mengamankan pelaksanaan salat Ied telah meminta massa untuk menjauhi lokasi salat. Namun entah apa musababnya, polisi lantas mengeluarkan tembakan ke tanah. Akibat tembakan itu, satu anak tewas dan sebelas orang lainnya terluka.
Jemaat GIDI merespon tembakan polisi dengan melakukan aksi anarkis, yaitu membakar masjid dan puluhan kios di Karubaga.
MUSTHOFA BISRI