TEMPO.CO, Pekanbaru - Kebakaran hutan dan lahan di Riau memakan korban. Petani sawit, Yurnalis, 65 tahun, warga Desa Kebun Durian, Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, tewas hangus terbakar di kebun sawit miliknya di Km 65, Kampar. "Korban terjebak dalam gumpalan asap gambut," kata Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Riau Ajun Komisaris Besar Guntur Aryo Tejo, Jumat, 24 Juli 2015.
Guntur berujar, peristiwa itu terjadi pada Kamis sore, 23 Juli 2015, sekitar pukul 17. 00. Jasad korban awalnya ditemukan dua anaknya: Ari, 27 tahun, dan Putri, 22 tahun. Keduanya mencari korban di kebun lantaran menjelang sore belum pulang ke rumah. "Korban ditemukan terpanggang tidak bernyawa," ucapnya.
Menurut Guntur, polisi menduga korban sengaja membakar semak belukar di lahan gambut perkebunan sawit miliknya. Kemudian korban terjebak gumpalan asap gambut sehingga mengalami kekurangan oksigen dan ikut terbakar. "Menurut keluarganya, korban juga memiliki riwayat sakit diabetes sehingga sering kelelahan," tuturnya.
Musim kemarau yang melanda Riau sejak sebulan terakhir memicu kembali terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Titik api muncul hampir merata di setiap kabupaten/kota di Riau. Kabut asap sisa kebakaran hutan dan lahan pun turut mencemari udara.
"Secara umum, kondisi cuaca di wilayah Riau cerah berawan disertai kabut asap tipis pada pagi dan malam hari," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pekanbaru Sugarin.
Satelit Terra dan Aqua memantau 158 titik panas di Sumatera. Sebanyak 79 di antaranya muncul di Riau. "Titik panas tersebut pantauan satelit pada pukul 07.00," ucapnya.
Adapun titik api terbanyak terdapat di Bengkalis dengan 31 titik, Pelalawan 12 titik, Rokan Hilir 9 titik, Indragiri Hilir 6 titik, Rokan Hulu 5 titik, Siak 4 titik, Indragiri Hulu 4 titik, Kampar 3 titik, dan Dumai 2 titik. "Tingkat kepercayaan di atas 70 persen atau 51 titik panas," ujarnya.
RIYAN NOFITRA