TEMPO.CO, Wamena - Ratusan orang mengungsi akibat kerusuhan antarwarga di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua pada Jumat 17 Juli 2015. Warga mengungsi bukan hanya karena alasan keamanan, melainkan karena tempat tinggalnya telah habis terbakar.
Koordinator Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) cabang Jayawijaya, Papua, Hamdani mengatakan sebagian pengungsi memilih tetap di Tolikara, sisanya menjauhi lokasi konflik menuju Wamena.
"Pengungsi masih tersebar, belum ada satu penampungan sehingga mayoritas menumpang di rumah-rumah warga di Wamena," kata Hamdani saat dihubungi Tempo, Selasa, 21 Juli 2015.
Kerusuhan yang terjadi bertepatan dengan hari raya Idul Fitri pekan lalu, berawal dari protes jemaat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) atas penyelenggaraan salat Id di lapangan Markas Komando Rayon Militer (Makoramil). Lapangan tersebut berdekatan dengan pemukiman warga, kios, musala, dan gereja. Saat itu jemaat GIDI-- jemaat Kristen mayoritas di Tolikara-- tengah menyelenggarakan kebaktian kebangunan rohani.
Tak lama setelah protes berlangsung, polisi mengeluarkan tembakan ke arah jemaat GIDI. Sebelas jemaat terluka, dan satu orang tewas. Massa dari jemaat GIDI mengamuk hingga menyebabkan puluhan kios dan sebuah masjid terbakar. Umat muslim yang sedang melakukan salat membubarkan diri karena takut menjadi korban.
Baca juga:
EKSKLUSIF: Pengakuan Mengejutkan Pengonsep Surat Edaran Gidi
Begini Penuturan Shintya Ihwal Para Penculiknya
Pembunuhan Nurbaety Terkait Berita? Ini Analisa Pakar
Hamdani mengatakan sebagian besar warga mengungsi di Wamena sejak Juat malam. "Saat itu, ada bantuan mobil dan pesawat TNI mengangkut warga ke Wamena," kata Hamdani. Selama lima hari terakhir, mereka menumpang di rumah warga di Gang Nirwana, Wamena.
Dari 26 kepala keluarga yang telah ditemui BSMI, hanya ada satu warga sakit akibat trauma. Selebihnya, dalam keadaan sehat meskipun kekurangan sandang. "Mereka bertahan dalam keadaan seadanya. Tak ada yang terbawa selain baju yang dipakai," kata Hamdani.
Kemarin, BSMI dan Bazda Wamena menyerahkan bantuan sebesar Rp 1,750 juta per kepala keluarga. Meski begitu, masih banyak warga yang belum mendapatkan santunan.
Kementerian Sosial mencatat terdapat 153 jiwa dari 38 kepala keluarga menjadi korban akibat kerusuhan ini. Selain di Wamena, sebagian warga mengungsi di belakang kantor Koramil dan Polres Tolikara. Hingga kini, berbagai pihak telah mengirimkan bantuan ke Tolikara berupa makanan, pakaian dan juga uang tunai. Kapolda Papua memberikan bantuan uang sebesar Rp 30 juta, Pangdam XVII Cenderawasih senilai Rp 30 juta, Kapolri dan Bupati Tolikara masing-masing Rp100 juta.
Bupati Usman G. Wanimbo berharap Tolikara segera pulih dari peristiwa kerusuhan yang terjadi pada Jumat pekan lalu. “Kios yang rusak itu milik warga muslim dan Kristen. Kami ada rencana membangun kembali secara permanen sehingga aktivitas warga kembali pulih,” kata dia.
Para pengungsi berencana kembali ke Karubaga Tolikara jika program itu tak segera terealisasi. Mereka memilih berdikari. "Mereka akan memilih kembali dan bangun rumah sendiri. Mereka tidak takut konflik," kata Hamdani.
PUTRI ADITYOWATI | MARIA RITA HASUGIAN