TEMPO.CO, Jakarta - Keunikan terowongan di jalan lingkar Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, berhasil memikat semua pengendara yang melintas. Tak heran semenjak dibangun pada 2009, banyak pengendara yang mengabadikannya dengan ber-selfie ria.
Kondisi ini makin marak saat arus mudik dan balik Lebaran. Banyak pengendara motor yang menepikan kendaraannya untuk sekadar berfoto atau istirahat. Berjejernya kendaraan di jalur lingkar Nagreg membuat terowongan ini bak rest area untuk motor pemudik.
Namun suasana seperti ini tidak akan terlihat pada arus balik kali ini. Jajaran Kepolisian Resor Bandung melarang pemudik untuk berfoto di terowongan. Begitu juga dengan sepeda motor, tidak boleh ada yang menepi di sepanjang terowongan. Pelarangan ini karena sepeda motor yang menepi dianggap dapat menghambat laju kendaraan.
Karena itu, personel kepolisian berpatroli di sepanjang terowongan. Dua petugas disiagakan untuk menyisir terowongan sepanjang 400 meter itu. Mereka hilir mudik untuk mengusir pengendara yang hendak menepi.
Pelarangan ini baru dilakukan pada Senin, 20 Juli 2015. "Pelarangan ini karena kemarin ada pemudik yang mau berfoto lalu terserempet kendaraan hingga meninggal," ujar Leni, 42 tahun, salah seorang pedagang musiman yang biasa berjualan di terowongan Nagreg kepada Tempo.
Akibat adanya pelarangan ini, Leni mengaku omzet penjualan air minum mengalami penurunan sekitar 50 persen. Sebelum adanya pelarangan, dia mampu meraup keuntungan sebesar Rp 200 ribu per hari, tapi hari ini dia baru mendapatkan duit sebesar Rp 100 ribu.
Meski telah ada pelarangan, tapi tetap saja ada di antara pemudik yang mengabadikan terowongan Nagreg. Akan tetapi mereka memarkir kendaraannya di pintu masuk atau keluar terowongan. Seperti halnya yang dilakukan Yanti, 23 tahun, pemudik asal Ciamis yang hendak ke Cimahi.
Dia bersama dua saudaranya memarkir motor mereka di ujung terowongan atas. "Sayang kalau melewatkan pemandangan sebagus ini," ujar Yanti sembari bergaya.
SIGIT ZULMUNIR