TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Panglima Jenderal TNI Moeldoko ternyata menyimpan kegagalan setelah melepas jabatan yang diembannya selama dua tahun. Moeldoko mengaku gagal meningkatkan kesejahteraan prajurit TNI, terutama soal gaji.
"Saya belum bisa meningkatkan kesejahteraan prajurit seperti yang saya cita-citakan," kata Moeldoko di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta, Selasa, 14 Juli 2015.
Mulai hari ini Moeldoko tak lagi jadi orang nomor satu di Markas Besar TNI. Moeldoko telah menyerahkan jabatan panglima kepada Jenderal Gatot Nurmantyo lewat upacara tadi pagi. Upacara serah terima jabatan dilakukan sepekan setelah Presiden Joko Widodo melantik Gatot di Istana Negara. (baca:Resmi, Moeldoko Lepaskan Jabatan Panglima TNI)
Dengan suara rendah, Moeldoko mengatakan prajuritnya belum sejahtera di bawah kepemimpinannya. Ia prihatin tak mampu menaikkan gaji dan tunjangan keluarga prajurit dalam waktu dua tahun. (baca:Moeldoko: Sekarang Lakonnya Jenderal Gatot)
"Mereka meninggal di daerah operasi, negara belum memikirkan dengan baik. Mestinya kalau prajurit meninggal, istrinya harus punya rumah," kata Moeldoko.
Menurut dia, kegagalannya itu disebabkan minimnya anggaran untuk TNI. "Saya pikir itu (karena minimnya anggaran)," kata dia. Pengakuan ini sangat kontras dengan laporan kinerja yang diserahkan kepada Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat. (baca: Cerita Moeldoko ke Anak Yatim: Dulu Saya Pernah Curi Kopra)
"Panglima TNI berdasarkan persetujuan DPR dan pemerintah berhasil meningkatkan remunerasi prajurit sebesar 37 persen jadi 56 persen. Gaji pokok juga meningkat 6 persen," kata Moeldoko di Markas Besar TNI, Cilangkap, Senin, 6 Juli 2015.
PUTRI ADITYOWATI