TEMPO.CO, Jakarta - Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan pembunuhan terhadap prajurit di Gowa, Sulawesi Selatan, Ahad, 12 Juli 2015, lalu bukan lantaran ada konflik antara Polri dan TNI. Pembunuhan ini tak ada kaitan dengan ada atau tidaknya upaya pembenturan antara polisi dan militer menjelang Idul Fitri dan pemilihan kepala daerah serentak.
"Itu bukan TNI-Polri tapi oknum. Itu murni kriminal," kata Gatot setelah upacara serah terima jabatan Panglima TNI di Markas Besar, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa, 14 Juli 2015.
Gatot mengakui konflik antara kepolisian dan TNI kerap terjadi akibat prajurit yang tak disiplin. Perselisihan umumnya melibatkan prajurit tingkat dua atau tentara yang baru bergabung. Panglima TNI berencana mengevaluasi pendidikan prajurit sejak rekrutmen hingga pasca-pendidikan.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu menyerahkan proses penyelidikan pembunuhan kepada polisi. "Saya sangat percaya dengan kepolisian yang profesional," kata Gatot. "Jadi biarkan kepolisian menyelidiki, pasti tersangka akan didapat."
Lulusan Akademi Militer angkatan 1982 itu optimistis polisi bisa mengungkap pelaku pembenuhan secepatnya. "Di tempat gelap tak ada saksi pun bisa diungkap, apalagi di tempat keramaian dan dilakukan beberapa orang," kata dia.
Baca Juga:
Dalam dua pekan terakhir, polisi dan tentara menjadi sasaran penyerangan brutal sekelompok orang tak dikenal. Insiden pertama terjadi di pos polisi di Bundaran Samata, Somba Opu, Gowa, Kamis, 2 Juli, dinihari. Dalam peristiwa tragis itu, Brigadir Irvanudin tewas dengan luka bacok pada sekujur tubuhnya. Dua rekannya, Brigadir Dua Usman dan Brigadir Mus Muliadi ikut terluka, tapi selamat.
Berselang 10 hari, insiden kedua terjadi di Lapangan Syekh Yusuf, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Minggu, 12 Juli 2015, dinihari. Giliran anggota TNI yang menjadi korban serangan brutal sekelompok orang tidak dikenal. Prajurit Satu Aspin meregang nyawa dalam kejadian tersebut. Rekannya, Prajurit Satu Faturahman, ikut terluka, tapi berhasil menyelamatkan diri.
PUTRI ADITYOWATI | TRI YARI KURNIAWAN