TEMPO.CO, Makassar - Masih teringat bagaimana Angeline, bocah 8 tahun, yang tewas mengenaskan di Bali? Kali ini, peristiwa serupa terjadi pada Mutiara Rumi atau Tiara, 12 tahun, di Makassar.
Tiara tewas di tangan ayah kandungnya pada Selasa, 7 Juli 2015, sekitar pukul 19.00 Wita. Malam itu, Tiara dipukuli ayahnya, Rudi Haeruddin, 35 tahun, menggunakan sapu dan balok kayu di rumahnya di Jalan Rappocini, Makassar.
Tiara sempat dirawat di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo. Namun Tiara akhirnya mengembuskan napas terakhir pada Rabu, 8 Juli, pukul 07.00 Wita. Adapun Rudi langsung kabur setelah mengantarkan anaknya ke rumah sakit.
Ibu Tiara, Ani, 30 tahun, mengatakan sulung dari tiga bersaudara itu merupakan tulang punggung keluarga. "Tiara itu anak penurut dan suka bantu-bantu. Dia tidak banyak mengeluh," kata Ani, Rabu, 8 Juli 2015, di rumahnya.
Tiara, yang duduk di bangku kelas V SD Maricayya, ternyata punya segudang pekerjaan. Dia bekerja serabutan, dari juru parkir sampai berjualan kue keliling bersama ibunya. "Mau bagaimana lagi karena bapaknya tak kerja," ucap Ani.
Belum jelas apa yang membuat Rudi memukuli Tiara. Beberapa kerabat dan tetangga Ani mengatakan ada tiga versi penyebab kemarahan Rudi. Pertama, karena Tiara ingin membeli buku dan baju Lebaran. Kedua, lantaran Tiara membawa kunci rumah dan membuat Rudi tak sabar menunggu karena tak bisa keluar. Ketiga, Tiara dipukuli gara-gara ingin membeli rujak.
Tetangga Tiara, Kasmia, 42 tahun, mengatakan Ani dan Tiara memang menjadi tulang punggung keluarga lantaran Rudi tidak mempunyai pekerjaan tetap. Setiap hari, Ani mengambil kue yang dibuat Kasmia dan berkeliling menjualnya bersama Tiara. “Kalau ambil banyak, mereka biasanya pakai gerobak untuk menjajakan kue saya. Selain menjual kue, ibunya kerja sebagai buruh cuci,” ujarnya.
Kasmia mengatakan Rudi dikenal sebagai pribadi yang cukup baik dan humoris. Pria pengangguran itu kerap bercanda dengan warga sekitar. Namun memang bapak Tiara itu sering meresahkan warga lantaran mabuk-mabukan.
TRI YARI KURNIAWAN