TEMPO.CO, Jakarta - Jenderal Gatot Nurmantyo terpilih menjadi Panglima TNI setelah melalui uji kepatutan dan kelayakan di Dewan Perwakilan Rakyat.
Gatot akan dilantik oleh Presiden Joko Widodo menggantikan Jenderal Moeldoko. Ia berjanji melakukan tiga hal berikut setelah dilantik.
"Pertama, konsolidasi, karena sejak reformasi sanpai sekarang penambahan alutsista dan doktrin dan kultur harus kita tata," kata Gatot di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu, 1 Juli 2015.
Kedua, Gatot akan mensinergikan kerja tiga matra TNI, yaitu antara Angkatan Udara, Darat, dan Laut. Sinergi ini termasuk soal pengelolaan alat utama sistem persenjataan dan pembinaan prajurit di tiap satuan.
"Ini upaya menjaga dan meningkatkan kesiapan operasional satuan melalui tiga kekuatan utama secara simultan," kata Kepala Staf Angkatan Darat.
Selanjutnya, Gatot akan berupaya mendekatkan TNI dengan rakyat. Ia juga akan berupaya menyelesaikan konflik antara TNI dengan kepolisian.
"Itu berkaitan dengan disiplin itu nafas prajurit. Kalau ada pelanggaran berarti komandan tak profesional," kata dia.
DPR menggelar uji kepatutan dan kelayakan calon Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo sehari setelah menguji calon Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso. Gatot ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai calon tunggal Panglima TNI menggantikan Jenderal Moeldoko yang pensiun pada 1 Agustus 2015.
Penunjukkan Gatot sempat menuai polemik. Jokowi dianggap mengubah tradisi pengangkatan Panglima TNI sejak pemerintahan Abdurrahman Wahid. Biasanya, jatah panglima dibagi bergilir untuk tiga matra, yaitu TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Udara, dan TNI Angkatan Laut. Sedangkan Moeldoko dan Gatot sama-sama berasal dari matra loreng hijau.
PUTRI ADITYOWATI