TEMPO.CO, Kupang - Selama lima bulan, yakni Januari-Mei 2015, sebelas balita di Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), meninggal karena mengalami gizi buruk.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan NTT yang diperoleh Tempo, Kamis, 25 Juni 2015, sebelas balita yang meninggal dunia itu merupakan bagian dari 330.214 balita yang pernah melakukan pemeriksaan dan penimbangan badan. Delapan orang menderita marasmus dan satu orang menderita marasmus-kwashiorkor.
Di antara balita yang meninggal dunia adalah Lidtuana Palbeno yang berusia 1 tahun 10 bulan. Warga Desa Nimasi itu mengalami gizi buruk disertai batuk, pilek, dan panas. Pernah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kefamenanu, dia meninggal dunia pada 19 Maret 2015.
Balita lain, Adrianus Basteas, 21 bulan. Selain menderita gizi buruk, warga Desa Tuamese itu suspek pneumonia dan gea. Sempat menjalani perawatan selama dua hari, dia dibawa pulang keluarga secara paksa kemudian meninggal dunia pada 21 Februari 2015.
Adapun Pracella Bone, 2 tahun 2 bulan, warga Desa Tuplopo, menderita gizi buruk disertai penyakit pneumonia berat dan disentri. Sebelum meninggal pada 2 April 2015, dia sempat dirawat di RSUD Kefamenanu dan puskesmas.
Salah satu staf gizi di Dinas Kesehatan NTT, Sherli Hayer, menuturkan pihaknya telah melakukan penanganan gizi buruk melalui pemberian makanan tambahan. Namun itu hanya dilaksanakan pada 2010-2013.
Pada 2014, penanganan gizi buruk tidak bisa dilanjutkan. Sebab, dana penanggulangan gizi buruk dimasukkan sebagai Bantuan Sosial. "Kami mengalami kesulitan mendapatkannya karena harus menyerahkan nama penderita dan rekeningnya," katanya. Menurut dia, tidak mungkin para penderita gizi buruk yang tergolong miskin memiliki rekening di bank.
Wakil Gubernur NTT Beny Litelnony berujar, perlu penguatan fungsi puskesmas dan posyandu untuk menanggulangi masalah gizi buruk di NTT. "Ini masalah klasik yang sering terjadi di NTT," ucapnya.
Beny menuturkan masalah gizi buruk harus mendapat penanganan cepat karena tergolong kasus darurat. Maka dia meminta proses pencairan dana tanggap darurat harus dipermudah, sehingga masalah gizi buruk bisa segera ditanggulangi.
"Ini masalah emergency. Penderitanya keburu tewas kalau harus menunggu usulan baru anggarannya dikeluarkan,” kata Beny.
YOHANES SEO