TEMPO.CO, Blitar – Tiga warga Kota Blitar tewas setelah menenggak minuman keras yang diracik sendiri alias oplosan. Ketiganya meregang nyawa dalam waktu berurutan setelah sempat menjalani perawatan di rumah sakit.
Kepala Kepolisian Resor Kota Blitar Ajun Komisaris Besar Yossie Runtukahu mengatakan tiga korban tewas itu menggelar pesta miras pada Selasa, 16 Juni 2015. Namun, karena kerasnya kandungan alkohol yang dicampurkan, satu per satu korban meninggal dunia. “Korban meninggal terakhir pagi tadi,” kata Yossie, Kamis, 18 Juni 2015.
Menurut Yossie, pesta miras ini dilakukan di rumah Sunoto, warga Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar. Pesta diikuti tujuh warga dari berbagai desa yang memang gemar menenggak minuman keras. Mereka membeli minuman beralkohol yang sudah dioplos dengan cairan lain yang memabukkan, atau biasa disebut arjo kependekan dari arak Jowo. Selain lebih murah, kandungan alkohol minuman itu juga lebih tinggi dibanding minuman keras pabrikan.
Saat pesta berlangsung, tidak tampak gejala keracunan. Begitu pula saat acara bubar dan para peserta pulang ke rumah masing-masing. Namun, tidak lama, satu per satu peserta pesta itu terkapar dan dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi. Korban diidentifikasi bernama Lucky dan Sunoto, warga Kelurahan Jatimalang, yang meninggal pada Rabu, 17 Juni 2015, disusul Bambang, warga Kelurahan Bendo, yang meregang nyawa pagi tadi.
Hingga kini polisi masih menyelidiki kronologi pesta miras tersebut beserta kandungan minuman yang dioplos. Polisi juga masih melacak peserta pesta lain yang dikabarkan turut menjadi korban. Adapun keberadaan pemilik warung penjual miras oplosan belum diketahui.
Agus, salah satu peserta pesta miras yang selamat, mengatakan tidak tahu musibah yang menimpa kawan-kawannya. Agus mengaku tak mengalami keracunan seperti peserta pesta lain. “Setahu saya, miras itu dibawa salah satu teman Sunoto,” ujar Agus.
HARI TRI WASONO