TEMPO.CO, Banyuwangi - Angeline menerima kasih sayang melimpah dari keluarganya semasa ayah angkatnya masih hidup. Tapi, setelah sang ayah meninggal, perlakuan Telly Margareith Megawe, ibu angkatnya, kepada bocah 8 tahun itu berubah total. "Angeline lebih banyak disiksa," kata Maisunah, kakak ipar Hamidah, ibu kandung Angeline, Kamis, 11 Juni 2015.
Wartawan menemui Maisunah di Dusun Tulurejo, Desa Tulurejo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, Jawa Timur. Di rumah berdinding bambu itu tinggal lima anggota keluarga Hamidah, yakni adik dan kakak serta ibunya, Misyah.
Maisunah mengatakan mengetahui cerita tentang Angeline itu dari kerabatnya yang tinggal di Bali. Dia dan anggota keluarga lain yang tinggal di rumah itu tak mengenali wajah Angeline dan tak mengetahui pasti kisahnya hingga kepolisian mencari Angeline di Banyuwangi pada 3 Juni lalu.
"Kabarnya, surat wasiat suami Margareith itu memberi banyak warisan kepada Angeline," kata Maisunah, menduga-duga penyebab kematian Angeline.
Angeline, siswi kelas II sekolah dasar yang dikabarkan hilang pada 16 Mei 2015, ditemukan tewas pada Rabu siang, 10 Juni 2015. Jenazahnya ditemukan terkubur di pekarangan rumahnya di Sanur, Bali. Sejauh ini polisi sudah menetapkan satu tersangka pembunuh Angeline, yakni pembantu di rumah itu.
Dalam pra-rekonstruksi, Kamis, 11 Juni 2015, Kepala Bagian SMF Kedokteran Forensik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah dokter Ida Bagus Putu Alit memastikan kematian Angeline disebabkan oleh benturan keras di kepala. Kata dia, Angeline mengalami trauma otak cukup parah yang membuatnya meninggal.
Sebelum meninggal, kata Bagus Putut, Angeline mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya. Termasuk beberapa luka akibat sundutan rokok di tangan, kaki, pantat, wajah, leher, dan kepala.
IKA NINGTYAS