TEMPO.CO, Malang - Rahayu Putri tak pernah menatap wajah ibu kandungnya dari dekat kecuali saat bayi. Wiji Astutik binti Supardi, sang ibu, pergi ke luar negeri untuk memperbaiki nasib di Hong Kong tatkala dia berusia tujuh bulan. Sejak itu Wiji tak pernah pulang ke Malang.
Kini Rahayu alias Ayu sudah berusia 11 tahun. Dia menjadi yatim piatu setelah ibunya ditemukan tewas dalam gulungan kasur di emperan toko di Changsa Street, Mong Kok, Distrik Yau Tsim Mong, pada Senin, 8 Juni 2015, pukul 10.44 waktu Hong Kong. Sebelumnya, Supaat, sang ayah, tewas dalam kecelakaan lalu lintas di wilayah Kecamatan Singosari, kabupaten yang sama, pada Juni tahun lalu.
Ayu kini berstatus siswa kelas lima SD Negeri Wonokerto 2. Dia hanya tahu Wiji dari foto yang dikirim sang ibu sepuluh tahun silam. Dia pun hanya satu kali mendengar suara sang ibu lewat telepon. Ibu dan anak ini tak banyak bercakap karena terlanjur menangis bersama lebih dulu. “Ibu janji akan pulang, tapi tak bilang kapan,” ujar Ayu, Rabu, 10 Juni 2015.
Wiji pernah meminta nomor telepon suaminya kepada Ayu lewat Facebook. Ayu mengirimkan nomor pribadinya, tapi sang ibu malah tak pernah menelepon setelah itu. Ayu pun ingat sang ibu hanya satu kali mengirim duit Rp 1 juta untuk belanja saat dia masuk sekolah.
Sementara Supardi, petani berusia 73 tahun, menyatakan keluarganya ikhlas dan tabah. Kematian sang putri dianggapnya sebagai musibah.
Baca Juga:
“Kami tidak pernah tahu kondisi dia yang sebenarnya selama di Hong Kong. Dia hanya pernah bilang ingin pulang, tapi tak pernah cerita susah. Sekarang kami hanya bisa berharap jenazahnya dipulangkan karena cucu saya ini sangat ingin mengetahui wajah ibunya,” kata Supardi.
Selain, Wiji, Supardi masih memiliki anak bernama Sulistyo, 51 tahun, dan si bungsu Rinda Lestari. Rinda kini bekerja di Taiwan. Semula pihak keluarga tidak mempercayai berita kematian Wiji di sejumlah portal berita di Hong Kong. Mereka baru yakin setelah kabar kematian Wiji disampaikan Rinda.
Seingat Supardi, Wiji berangkat ke Hong Kong pada Maret 2005. Keinginannya mengubah nasib di negeri asing disetujui sang suami yang bekerja sebagai petani dan buruh bangunan. Dia menjadi pembantu rumah tangga.
Dia diberangkatkan oleh PT Tritama Bina Karya. Perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia yang berlokasi di Jalan Kiai Ageng Gribig, Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, ini siap memulangkan jenazah Wiji ke Malang.
ABDI PURMONO