TEMPO.CO , Yogyakarta: Bangunan rumah toko (ruko) berlantai dua itu tampak sederhana dan mirip dengan rental komputer. Di depan bangunan terpampang plang bertuliskan “Jasa Bimbingan dan Konsultasi Skripsi.” Pada bagian depan kantor jasa terdapat tiga komputer berjajar yang ditunggui dua orang. Sedangkan bagian dalam adalah ruang konsultasi dengan beberapa komputer.
Ruang usaha jasa skripsi itu tak jauh dari kampus UPN Veteran Yogyakarta. Salah seorang dari tenaga pembuat skripsi, Adam—bukan nama sebenarnya—mengungkapkan, tarif pembuatan skripsi sangat bergantung pada asal perguruan tinggi. “(Kampus) negeri dan swasta beda harga. Harga termurah untuk jurusan sosial,” ujarnya kepada Tempo akhir Mei lalu.
Di tempatnya, dia mematok Rp 3,7 juta untuk pembuatan skripsi, dari judul sampai kesimpulan. Soal judul, mahasiswa bisa memilih. “Dari mahasiswa atau kami, harganya sama,” ujarnya.
Selain menawarkan paket pembuatan skripsi, Adam menerima jasa pembuatan skripsi per bagian atau bab. Setiap bab dikenai tarif Rp 1 juta. Bab pembahasan biasanya paling mahal. “Bisa lebih dari Rp 1 juta,” katanya.
Tak ada yang seragam soal tarif jasa pembuatan skripsi. Di tempat jasa pembuatan skripsi yang tak jauh dari kampus Universitas Gadjah Mada, tarif yang dikenai lebih mahal. Untuk “bimbingan” skripsi, mahasiswa ilmu sosial dan ekonomi ditawarkan Rp 3,5 juta dan Rp 4 juta untuk mahasiswa ilmu eksakta. “Kami punya kantor di beberapa kota,” kata HB yang menolak diungkapkan identitasnya.
Kewalahan
Pria yang sudah menggeluti bisnis selama 15 tahun ini mengaku kewalahan menerima permintaan “bimbingan” dari seluruh Indonesia. Ihwal omzet dia menolak mengungkapkannya. Sebab, untuk satu mahasiswa bimbingan, yang diberikan bisa tiga sampai empat bulan. “Cepat atau lambat pembuatan skripsi tergantung kepada dosen pembimbing,” ujarnya.
Harga pembuatan skripsi lebih murah di tempat jasa yang jauh dari kampus-kampus besar di Yogyakarta. Salah satunya adalah jasa pembuatan di pinggiran kota yang berdekatan dengan gedung pusat kegiatan pameran. Di depan tempat usaha, pemilik jasa memasang spanduk “Konsultasi Skripsi-Tesis dan Olah Data”.
Pemilik jasa, AF, yang juga menolak disebutkan identitasnya, mengaku memulai usaha itu pada 2000. Untuk skripsi, dia menawarkan biaya jasa kurang dari Rp 3 juta. Sedangkan untuk tesis dipatok Rp 3 juta.
AF menolak disebut melakukan plagiat atas jasa bimbingan skripsi kepada mahasiswa. Yang dia lakukan ialah pembuatan skripsi dan tesis di tempatnya menggunakan teknik replika dari jurnal. “Kami mengusahakan tidak plagiat,” ujarnya.
Pengamat pendidikan dari Taman Siswa Yogyakarta, Darmaningtyas, mengaku prihatin dengan maraknya praktek jual-beli skripsi. Sebab, praktek tersebut menyalahi etika pendidikan, yakni menjaga kebenaran.
Menurut dia, skripsi atau tesis yang dihasilkan dari jasa bimbingan rentan plagiat. Para penjual jasa sangat mempertimbangkan efisiensi dan produktivitas. “Sehingga sangat mungkin mengutip dari karya-karya orang lain,” ujarnya.
ALI NY | VENANTIA MELINDA