Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

VIDEO: Ditemukan 24 Mayat di Kuburan Massal, Pengubur Syok

image-gnews
Kuburan massal simpatisan PKI di hutan jati di Semarang. TEMPO/Budi Purwanto
Kuburan massal simpatisan PKI di hutan jati di Semarang. TEMPO/Budi Purwanto
Iklan

TEMPO.CO, Serang - Kuburan massal simpatisan Partai Komunis Indonesia atau PKI di hutan jati KPH Kendal di Desa Plumbon, Wonosari, Kecamatan Ngalian, Semarang saat ini sedang dibangun. Sukar, warga sekitar yang menjadi saksi mata peristiwa tersebut, mengakui adanya kuburan massal anggota PKI di hutan jati tersebut. Sukar sendiri mengaku bahwa dialah yang mengubur 24 jenazah anggota PKI dalam dua lubang besar.

Kuburan massal di hutan jati Desa Plumbon berjarak sekitar satu kilometer dari jalan raya pantura Semarang. Letaknya di tengah-tengah hutan jati milik Perhutani KPH Kendal. Kuburan yang luasnya sekitar lima meter persegi tersebut saat ini sedang diratakan tanahnya untuk dibuat lantai paving. Untuk mengenang korban simpatisan PKI yang sebagian besar warga Kabupaten Kendal tersebut, kuburan massal akan dipaving dan dihiasi rantai keliling.

Baca juga:

 EKSKLUSIF: Kematian Akseyna UI, Saksi Kunci Jibril Bicara

Sejumlah nama tertera di batu nisan yang dibangun belum lama ini. Di batu tersebut tertulis nama-nama seperti Moetiah, Soesatjo, Darsono, Sachroni. Mereka adalah warga Kabupaten Kendal yang dibantai oleh Tentara Nasional Indonesia pada waktu itu.

Menurut Sukar ada tiga lubang yang masing masing berukuran dua kali dua meter, dengan kedalaman dua meter. Namun yang dipakai untuk mengubur anggota PKI hanya dua lubang. Sukar sendiri yang menguruk tanah mengubur mayat yang tewas ditembak pada pukul 01.00 dini hari.

Baca juga:

Kisah Dahlan Iskan: Atasi Listrik, Malah Jadi Tersangka

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

VIDEO: Demi Keempat Istrinya, Residivis Ini Nekat Embat 7 Motor

Pada September 1965, Sukar adalah famili Kepala Dusun Plumbon. Komandan lapangan TNI setempat meminta tenaga kepada Kepala Dusun untuk mengubur mayat-mayat tersebut. Berangkatlah empat warga Plumbon untuk mengubur mayat simpatisan PKI. Namun melihat kondisi mayat, dua warga Plumbon hampir pingsan dan memilih pulang. Sehingga tinggal dua warga yaitu Sukar dan Sarimin yang bertahan untuk menguruk tanah pada tiga lubang.

Sukar, pengubur simpatisan PKI, mengatakan, "Saya diperintah pengurus kelurahan untuk mengubur PKI itu. Saya bawa pacul bersama Pak Sarimin. Yang diperintah orang empat, namun sampai sana hampir pingsan, lalu disuruh pulang."

BUDI PURWANTO (SEMARANG)

Berita Menarik:

Ayahnya Jadi Tersangka, Putra Dahlan Iskan Terpukul

'Ahok Gubernur DKI Dipecat DPRD, Bagus!'  

Tak Cuma Gardu Listrik, Dahlan Diincar juga Soal Proyek Sawah 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kunjungi Pondok Pesantren, Jokowi Bicara Lagi `Gebuk` PKI  

11 Juni 2017

Presiden Jokowi tertawa ketika memberikan pertanyaan nama-nama suku di Indonesia kepada santri saat melakukan kunjungan di Pondok Pesantren Buntet, Kabupaten Cirebon, 13 April 2017. Presiden juga menghadiri peletakaan batu pertama Auditorium Mbah Muqoyyim. ANTARA/Oky Lukmansyah
Kunjungi Pondok Pesantren, Jokowi Bicara Lagi `Gebuk` PKI  

okowi kembali menegaskan soal larangan Partai Komunis Indonesia (PKI). Karena itu, Presiden minta masyarakat tidak terprovokasi isu bangkitnya PKI.


Tuding Ada Kader PKI di PDI-P, Alfian Akan Diperiksa Polisi

18 Mei 2017

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Polisi RP Argo Yuwono. TEMPO/M. Iqbal Ichsan
Tuding Ada Kader PKI di PDI-P, Alfian Akan Diperiksa Polisi

Alfian Tanjung akan dimintai keterangan soal cuitannya yang diduga menuding sebagian politikus PDI Perjuangan adalah kader PKI.


Fotografer Tempo Dipaksa Copot Kaus Aeroflot yang Dipakainya

17 Maret 2017

Kaos Rusia Airlines, Aeroflot. cccp-shirts.com
Fotografer Tempo Dipaksa Copot Kaus Aeroflot yang Dipakainya

Fotografer Tempo, Subekti, dipaksa mencopot kaus bergambar maskapai penerbangan Rusia, Aeroflot, yang ia kenakan saat salat Jumat di Jatinegara.


Rezim Orde Baru Bangkit, Pengamat: Produk Reformasi Harus Waspada

13 Maret 2017

Pengunjung mengamati koleksi foto mantan presiden RI Soeharto yang merupakan bagian dari peluncuran buku foto
Rezim Orde Baru Bangkit, Pengamat: Produk Reformasi Harus Waspada

Pemerintahan Soeharto, presiden yang berkuasa di era Orde Baru selama 32 tahun, dianggap lebih baik ketimbang sekarang.


Tuduhan Komunis, Alfian Tanjung Mohon Maaf pada Nezar Patria

8 Maret 2017

Nezar Patria. Dok. TEMPO/Adri Irianto
Tuduhan Komunis, Alfian Tanjung Mohon Maaf pada Nezar Patria

Alfian Tanjung meminta maaf kepada anggota Dewan Pers Nezar Patria. Alfian tak sanggup membuktikan tuduhannya kepada Nezar sebagai kader PKI.


Yayasan Korban Peristiwa 65 Ingin Bertemu Presiden Jokowi  

31 Agustus 2016

Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965 Bejo Untung dan anggotanya di kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, 9 Mei 2016. TEMPO/Yohanes Paskalis
Yayasan Korban Peristiwa 65 Ingin Bertemu Presiden Jokowi  

Bedjo Untung menuturkan YPKP 65 ingin berbicara dari hati ke hati dengan Presiden Jokowi.


Agus Widjojo: Rekonsiliasi Tragedi PKI Tak Terhindarkan  

25 Agustus 2016

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Letnan Jenderal Purnawirawan Agus Widjojo di sela-sela Simposium Anti PKI di Balai Kartini Jakarta, 1 Juni 2016. TEMPO/Arkhe
Agus Widjojo: Rekonsiliasi Tragedi PKI Tak Terhindarkan  

Setidaknya ada empat elemen dalam rekomendasi rekonsiliasi yang diberikan kepada Presiden Joko Widodo.


Wantimpres: Presiden Terima Hasil Simposium Tragedi 1965  

25 Agustus 2016

Ketua Pemuda Rakyat Sukatno yang menjadi underbouw PKI yang juga wartawati Warta Buana, korban Tragedi 1965, Sri Sulistyawati hadiri acara Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965 di Jakarta, 18 April 2016. Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menilai bahwa Simposium ini tidak bisa dilihat sebagai bentuk pertanggungjawaban negara dalam menuntaskan kasus pelanggaran HAM masa lalu. TEMPO/Subekti
Wantimpres: Presiden Terima Hasil Simposium Tragedi 1965  

Koordinator Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965 Bedjo Untung meminta Presiden Jokowi segera merespons rekomendasi tersebut.


Tragedi 1965, Luhut Sebut Tidak Ada Korban Pembunuhan Massal  

21 Juli 2016

Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan, saat coffee morning dengan sejumlah wartawan di kantor Menkopolhukam, Jakarta, 21 April 2016. Luhut menyampaikan harapannya agar Indonesia jangan mau didikte negara asing. TEMPO/Aditia Noviansyah
Tragedi 1965, Luhut Sebut Tidak Ada Korban Pembunuhan Massal  

Pengadilan menemukan adanya genosida. Pemerintah membantah hal ini.


Penggalian Kuburan Korban 1965 Diharapkan Kelar Bulan Depan  

21 Juli 2016

Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Luhut Binsar Panjaitan saat coffee morning dengan sejumlah wartawan di kantor Menkopolhukam, Jakarta, 21 April 2016. Dalam acara ngobrol santai tersebut Luhut menyampaikan pesan kepada sejumlah wartawan. TEMPO/Aditia Noviansyah
Penggalian Kuburan Korban 1965 Diharapkan Kelar Bulan Depan  

Pemerintah tidak melihat ada jumlah kuburan massal yang signifikan, yang bisa membuktikan tuduhan adanya pembantaian pada 1965