TEMPO.CO, Aceh Timur - Mengenakan sarung kotak-kotak hijau, kaos oblong, dan peci putih, Muhammad Siraj dengan percaya diri memimpin kelas. Pemuda usia 15 tahun itu diserahi tugas mengajari teman-temannya belajar bahasa Inggris. Tanpa ragu, Siraj menulis sederet kalimat sederhana dalam bahasa Inggris dan meminta seisi kelas menyalinnya. (Baca: Rohingya Dibantai dan Diusir, di Mana Aung San Suu Kyi?)
Siraj memang mampu berbahasa Inggris dengan fasih. Dia belajar bahasa tersebut saat berada di kamp pengungsian Rohingya yang didirikan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Bangladesh. "Saya di kamp itu sejak 2005," kata Siraj saat ditemui di posko pengungsi Rohingya dan Bangladesh di Desa Bayeun, Kecamatan Rantau Selamat, Aceh Timur, Kamis, 28 Mei 2015. (Baca pula: Kenalkan Ashin Wirathu, Biksu Pembenci Muslim Rohingya)
Siraj tinggal di kamp Bangladesh bersama empat saudara laki-laki dan tiga saudara perempuan. Kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Dia meninggalkan kamp tersebut bersama dua orang kawan pada Februari 2015 dengan menumpang kapal. "Saya ingin belajar di tempat lain," kata dia saat ditanya alasannya pergi dari kamp pengungsian di Bangladesh. (Baca: Biksu Pembenci Rohingya Ini Merasa Mirip James Bond)
Siraj menumpang perahu kecil menyusuri sungai dari Bangladesh hingga lautan lepas, lalu ia dibawa pada sebuah kapal yang lebih besar. Di kapal itu, sudah ada ratusan orang Rohingya lainnya yang mencari suaka, juga pria-pria Bangladesh yang hendak mencari kerja. Kapal besar itu kemudian dikemudikan memasuki perairan Thailand, yang kemudian menolak menerima mereka. (Baca: VIDEO: Pengungsi Rohingya: Kesalahan Kami karena Kami Muslim)
Alih-alih memberikan solusi, kapten dan kru justru meninggalkan kapal dan para penumpang di tengah lautan. Mereka terombang-ambing hingga akhirnya diselamatkan oleh nelayan Aceh. Siraj mengatakan sangat bahagia bisa berada di Aceh. "Semua orangnya muslim, baik hati," ujar dia.
Syahri Maulida, relawan asal Langsa yang mengajari pengungsi di Bayeun, berujar Siraj punya karakter kepemimpinan yang alami. "Kemampuan bahasanya bagus dan dia bagus membimbing teman-temannya," ujar Syahri. (Baca: Dilarang, Pengungsi Rohingya Tetap Minum Bersoda)
Tugas Syahri mengajari para pengungsi berbahasa Inggris agar dapat saling berkomunikasi pun makin mudah berkat bantuan Siraj. Dia tinggal memberikan instruksi pada remaja itu. Siraj lah yang kemudian mengarahkan teman-temannya belajar. (Simak: Derita Rohingya, Dalai Lama Desak Aung Suu Kyi Bertindak)
Walau kembali ditempatkan di kamp pengungsi, Siraj bertekad ingin belajar lebih banyak dan mengasah kemampuan berbahasanya. "Saya ingin jadi jurnalis," ujar Siraj. (Simak: Ritual Unik di Kamp Pengungsi Rohingya Setiap Pagi)
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA