TEMPO.CO , Aceh Timur:Semburat fajar merah tampak di langit sebelah timur Posko Pengungsi Rohingya dan Bangladesh di Desa Bayeun, Rantau Selamat, Aceh Timur. Masih subuh tapi geliat di posko itu sudah dimulai.
Pria-pria yang mengenakan sarung antre mengambil wudhu di tiga tanki air yang berada di tengah-tengah posko. Kumandang azan subuh terdengar dari speaker di tengah lapangan.
Tak lama, mereka mendirikan salat subuh berjamaah di tenda biru besar beratap lengkung yang telah ditandai sebagai mushalla. Lantunan ayat suci dari mulut sang imam memecah subuh yang sepi. "Laki-laki saja, yang perempuan salat di dalam bangunan," kata petugas satpol pamong praja Aceh Timur Harsyadi yang berjaga subuh itu, Kamis, 28 Mei 2015.
Jemaah salat subuh kali ini hanya sekitar tujuh baris yang masing-masing safnya diisi 9-10 orang. Harsyadi mengatakan biasanya jemaah lebih banyak dari itu. Total pengungsi pria dewasa di posko itu, asal Myanmar maupun Bangladesh, tercatat sebanyak 246 orang.
"Mungkin keenakan tidur karena tadi malam tenda mereka baru dipasangi kelambu," celetuk Harsyadi sambil tertawa.
Usai salat, kelompok itu berjalan ke dua arah berbeda. Pria asal Bangladesh menuju satu tenda jingga di samping kiri mushalla, di belakang tenda sekretariat. Mereka yang berasal dari Myanmar ke bagian kanan. Ada lebih banyak tenda di bagian itu karena jumlah pengungsi Rohingya jauh lebih banyak.
Saat hari mulai terang, petugas jaga mendekati tenda dan menyuruh para pengungsi berbaris di depan, dimulai dari tenda Bangladesh.
Nizam, satu-satunya pengungsi Bangladesh yang bisa berbahasa Melayu, diminta mengkoordinir teman-temannya membentuk barisan. Nizam pun berkeliling membangunkan kawannya di tenda bahkan menyisir area posko untuk mencari agar tak ada yang tertinggal.
Selang beberapa saat, barisan pendek terbentuk di depan tenda sekretariat. Harsyadi menghitung, ada 51 orang di dalam barisan. Seharusnya 52 orang. Seorang petugas meninggikan suara karena satu orang lagi tak diketahui keberadaannya. "Mana kawannya satu lagi?" tanya petugas itu.
Nizam, dibantu beberapa orang, kembali mencari di seluruh area posko. Setiap tenda, kamar mandi, dan bangunan diperiksa. Pria yang menghilang itu pun ditemukan. "Sedang main ke tempat perempuan," ujar Nizam.
Pria itu disambut sorak riuh kawan-kawannya. Karena telah membuat repot, dia pun dihukum lima kali push up yang dilakukannya sambil nyengir. Setelah lengkap, mereka memulai senam pagi ringan, sebuah ritual mengawali pagi di posko tersebut.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA