TEMPO.CO, Lhokseumawe - Lembaga swadaya masyarakat Aksi Cepat Tanggap (ACT), selain menyalurkan bantuan untuk pengungsi Rohingya di kamp penampungan Kuala Cangkoi Kecamatan Lapang, Aceh Utara, juga mengajari anak pengungsi berbahasa Indonesia.
"Selain membantu kebutuhan pokok, kami juga menyediakan medis. Kami juga melatih mereka agar bisa berbahasa Indonesia, karena selama ini anak-anak rata-rata berbahasa Myanmar, India, dan bahasa Arab," kata Siska, seorang pekerja lapangan ACT di kamp Kuala Cangkoi Aceh Utara.
Menurut Siska, untuk mengajari anak-anak Rohingya usia dini, ia menyediakan alvabek, mengingat alat permainan itu yang paling mudah digunakan anak-anak. "Kami melakukan proses belajar sambil bermain,” kata dia.
Selama mendampingi anak pengungsi, Siska merasakan mereka mengalami trauma yang sangat mendalam. Hal itu terlihat dari perilaku anak-anak pengungsi itu. "Kalau dikasih minum mereka tidak akan minum sebelum si pemberi minum duluan," kata dia.
Ada sekitar 332 pengungsi Rohingya yang ditampung di kamp pengungsi Kuala Cangkoi, Kecamatan Lapang, Kabupaten Aceh Utara. Sementara itu sebanyak 250 imigran Bangladesh ditampung di kamp eks kantor Imigrasi Lhokseumawe.
IMRAN M.A.