TEMPO.CO , Bandung:Sebanyak 70 persen warga Kota Bandung dari hasil survei terbaru menyatakan tidak setuju dengan pembangunan trotoar berbahan batu granit. Alasannya, program Walikota Ridwan Kamil dan wakilnya, Oded M. Danial, itu dinilai terlalu mewah dan memboroskan anggaran daerah.
Ketidak setujuan itu bagian dari hasil survei tentang penilaian kepuasan masyarakat terhadap kinerja Ridwan Kamil-Oded M. Danial yang dilakukan Pusat Studi Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran serta Lembaga Studi Informasi dan Demokrasi (eLSiD) pada 12-17 April 2015. “Publik menilai sebaiknya anggaran tersebut dibuat untuk pemerataan pembangunan ke berbagai pelosok kota,” ujar Ketua eLSiD, Dadi Barnadi, saat paparan hasil survei di sebuah hotel di Bandung, Rabu, 27 Mei 2015.
Proyek trotoar granit dan perbaikan saluran drainase itu pada 2014 menyedot anggaran Rp 52 miliar, diantaranya untuk di Jalan Braga dan Jalan L.L. RE Martadinata atau Riau. Pada pengerjaannya, terjadi masalah karena tidak tuntas sesuai target, molor dari akhir 2014. Hingga kini sebagian proyek di Jalan L.L. RE Martadinata atau Riau, masih mangkrak.
Selain itu, lebih dari separuh atau 55,83 persen warga Kota Bandung jengah dengan banyaknya media iklan luar ruang seperti papan reklame dan spanduk. “Mereka menilai itu mengganggu keindahan kota,” ujar Dadi. Hanya 17,50 persen responden yang merasa tidak terganggu, dan 26,67 persen menyatakan biasa saja. Warga pun sebanyak 75,83 persen menilai, kawasan tujuh titik zona bebas pedagang kaki lima, seperti di kawasan sekitar Alun-alun Bandung, belum berhasil diwujudkan.
Dadi menjelaskan, populasi survei adalah semua warga Kota Bandung, yaitu warga yang telah berusia 17 tahun atau lebih, atau telah menikah ketika survei dilakukan. Metode yang dipakai sampling multistage random sampling. Jumlah responden 415 orang, dengan perkiraan margin of error (+/-) 5,1 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Responden yang terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara dengan menggunakan kuesioner.
Ketua Pusat Studi Politik & Keamanan (PSPK) Universitas Padjarajan (Unpad) Bandung, Muradi mengatakan, Ridwan Kamil dan Oded M. Danial punya sekitar 200-an program kerja, namun tidak jelas skala prioritas dan rentang waktu pelaksanaannya. “Orientasi programnya cenderung jangka pendek, yang memenangkan untuk mengejar index of happines, bukan infrastruktur yang lebih terintegrasi dengan kebutuhan publik secara luas,” ujarnya.
Muradi menantang Ridwan Kamil untuk terjun membenahi masalah krusial Kota Bandung, seperti kemacetan, banjir, dan pengelolaan sampah. Program kerjanya pun minta dialihkan dari membuat nyaman kalangan kelas menengah kota ke masyarakat miskin dan daerah pinggiran kota. “Program kerjanya masih sporadis dan berbasis popularitas, fokusnya masih ke middle class,” ujarnya.
ANWAR SISWADI