TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta agar jumlah sertifikasi terhadap masjid ditingkatkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari potensi konflik yang terjadi pada masa depan. "Jumlah masjid di Indonesia lebih dari sejuta, tapi yang disertifikasi tak sampai 1 persen," kata Kalla saat membuka Lokakarya Nasional Wakaf dan Aset-aset Masjid di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Senin, 25 Mei 2015.
Konflik itu, kata Kalla, umumnya terjadi karena gugatan dari ahli waris yang mewakafkan masjid. Selain itu, JK meminta agar masjid tak hanya berlomba-lomba dalam membuat desain mewah, melainkan juga menggunakan sesuai fungsinya. Dia mencontohkan, kebanyakan masjid saat ini dibangun dengan marmer dan kaca.
Padahal bahan-bahan tersebut pada dasarnya justru meredam suara. Apalagi, menurut dia, sekitar 80 persen kegiatan di masjid adalah mendengarkan. "Ibadahnya hanya 20 persen, sisanya mendengarkan ceramah dan lain-lain," ujar pria yang juga menjabat Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia tersebut.
Hari ini DMI mengumumkan pemenang sayembara desain masjid. Acara yang diselenggarakan atas kerja sama dengan Ikatan Arsitek Indonesia tersebut bertujuan agar masyarakat memiliki panduan dalam membangun masjid yang sesuai syar'i serta sesuai dengan kondisi alam Indonesia. Sayembara ini diikuti 175 peserta.
Tak hanya secara fungsional, JK meminta desain masjid di Indonesia berciri khas Nusantara. Dia membandingkan dengan masjid di beberapa negara, seperti Turki dan Afrika. Di negara-negara tersebut, ciri khas kenegaraannya terlihat, tapi tetap memperhatikan fungsinya. "Setiap kami ke Turki pasti tahu bahwa itu arsitektur sana. Ke Afrika pun kelihatan itu karya Mediterania."
FAIZ NASHRILLAH