TEMPO.CO , Jakarta: Sejak muncul temuan dugaan beras plastik di Bekasi, Jawa Barat, beberapa waktu lalu, berbagai pihak berbagi tips untuk membedakan beras plastik dengan beras alami. Mulai dari memasukkan beras ke dalam air, mematahkan, membakar, sampai menanak nasi.
Kini, Kepala Dinas Pertanian Jawa Timur, Wibowo Ekoputro mengungkapkan trik khusus untuk mengetahui adanya kandungan beras plastik di sejumlah pasar tradisional. Caranya dengan menyetrika beras yang dicurigai memiliki campuran dengan beras plastik.
Baca Juga:
Wibowo mengaku beberapa hari ini rutin berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan dan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Jawa Timur untuk melakukan sidak di sejumlah pasar tradisional. Uniknya dia mengklaim memiliki trik sederhana sebelum beras diuji di laboratorium.
“Saya ambil (sampel beras) lalu saya setrika. Kalau itu plastik terlihat lengket, dan ternyata tidak,” ujar Wibowo Sabtu 23 Mei 2015. Menurut dia, cara ini sangat efektif dan mudah untuk diterapkan masyarakat.
Selain itu, ada juga cara lainnya yang diajarkan untuk masyarakat. Secara kasat mata, beras plastik cenderung terlihat bening. Sedangkan beras asli bercorak putih kapur karena adanya karbohidrat. Namun jika sudah dimasak, nasi beras plastik cenderung menggerombol lengket dan berbeda jauh dengan beras asli.
“Kalau saya tidak sampai dimasak, hanya disetrika itu sudah cukup,” akunya. “Setrika kan panas, kalau ada (kandungan) plastik dia pasti meleleh. Nah itu tidak meleleh berarti bukan plastik, ya jadinya brondong beras. Itu teknologi sederhana saya saja bagi masyarakat."
Meski begitu, jika tetap ragu warga diharapkan segera melaporkan ke polisi jika menemukan adanya beras plastik. Selain itu, Wibowo tetap menerjunkan tim dari Otorites Kompeten Keamanan Pangan Daerah Jawa Timur.
Jika ditemukan pedagang yang menjual beras plastik pasti akan cepat ketahuan. Bahkan beras impor yang masuk di pasar tradisional pun bisa terlacak secara cepat. “Petugas otoritas itu bekerja terus karena dia harus punya kredit, jika tidak akan mempengaruhi penilaian,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Sertifikasi dan Informasi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan, Retno Chatulistiani kepada Tempo mengaku tidak menemukan adanya kasus beras palsu. Dari sidaknya di tiga daerah, mulai dari Sidoarjo, Gresik, dan Surabaya dinyatakan nihil. Begitupun untuk daerah lain di Jawa Timur.
“Karena kami tidak menemukan jadi kami tidak tahu bagaimana bentuknya beras plastik itu,” tuturnya, Sabtu 23 Mei 2015. Meski begitu dia tetap mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada terhadap adanya beras palsu di pasar tradisional.
AVIT HIDAYAT