Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penduduk Yogyakarta Temukan Beras Diduga Beras Plastik  

Editor

Raihul Fadjri

image-gnews
Beras plastik dengan beras asli terlihat perbedaannya ketika sudah dimasak. TEMPO/Wahyurizal Hermanuaji
Beras plastik dengan beras asli terlihat perbedaannya ketika sudah dimasak. TEMPO/Wahyurizal Hermanuaji
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Warga Dusun Duwet, Karangwuni, Kecamatan Rongkop, Gunungkidul, Yogyakarta, mencurigai peredaran beras plastik atau sintetis di wilayahnya.

Seorang warga, Sunarmo, menuturkan kecurigaan itu berawal ketika ia dan istrinya, Murdiyah, mulai memasak beras yang mereka beli dari dusun tetangga pada awal Mei lalu. Sunarmo membeli 10 kilogram beras jenis C4 Super Rojo Lele yang pada kemasannya bertulis asal produksi Pati, Jawa Tengah.

"Niat saya hanya mencampur dengan beras merah lokal hasil panen. Tapi saat dimasak hasilnya berbeda, tidak seperti beras umumnya," ujar ayah tiga anak itu, Jumat petang, 22 Mei 2015.

Saat memasak beras itu dalam magic jar, beras itu seolah tak tanak seperti nasi normal seperti umumnya. Beras hanya menyisakan kerak dan banyak menempel di dinding magic jar. Beras pun juga dirasa cukup licin saat dicuci.

"Kemudian saya inisiatif coba membakar beras itu. Hasilnya menggumpal hitam seperti meleleh, tak menjadi abu seperti beras normal," ujar Sunarmo, yang dengan istrinya sudah telanjur memasak 5 kilogram beras yang mereka beli dengan harga Rp 9.600 per kilogram itu.

Sunarmo dan istrinya mengaku sudah memakan beras diduga sintetis itu setiap hari. Namun dia mengaku tak merasakan ada gangguan penceranaan berarti. "Hanya buang air besar beberapa hari terakhir memang agak susah, tapi istri baik-baik saja tak ada keluhan," ujarnya.

Sunarmo mengaku baru sekali ini membeli beras dengan kualitas super meskipun ia sendiri petani dengan fokus menanam beras merah khas Gunungkidul.

Sunarmo baru tergerak mengadukan pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi setempat setelah melihat gencarnya pemberitaan televisi soal beras sintetis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kepala Seksi Distribusi dan Perlindungan Konsumen Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan ESDM Kabupaten Gunungkidul Supriyadi yang mengecek langsung laporan warga itu mengaku ragu jika beras diduga plastik itu benar.

"Memang harus uji lab untuk tahu pasti, tapi dari ciri fisiknya saja kami simpulkan ini beras normal. Warga mungkin yang terlalu khawatir akibat isu itu," ujar Supriyadi kepada Tempo.

Sejumlah tes fisik dan pengamatan dilakukan Disperindagkop Gunungkidul. Pertama dengan mengambil bulir-bulir beras diduga sintetis dan coba menseterikanya beberapa saat. "Tak ada beras menempel atau leleh saat diseterika, hanya menguning," ujar Supriyadi.

Jika beras meleleh dan menggumpal hitam saat dibakar warga yang curiga, Supriyadi pun menyatakan cara uji pembakaran beras oleh warga tak bisa jadi jaminan. "Karena warga bakarnya pakai batok kelapa, ya jelas menghitam dan menggumpal. Uji bakar di lab pakai pipet," ujarnya.

Kemudian dengan uji air. Beras plastik jika ditempatkan di air maka dari mengapung lama kelamaan akan tenggelam. "Kelihatan hasil panen tak sempurna dan campuran, jadi sementara kami simpulkan bukan beras sintetis," ujar Supriyadi.

Supriyadi pun sudah mengecek pada kesehatan warga dan tak menemukan gejala mengkhawatirkan usai mengkonsumsi beras itu. "Tapi demi kepastiannya kami tetap uji lab pekan depan. Ini masih kesimpulan awal," ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cerita dari Kampung Arab Kini

4 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.


Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

7 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

43 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

48 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

52 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Cara Mencegah Munculnya Kutu Beras

59 hari lalu

Kutu Beras. pestwiki.com
Cara Mencegah Munculnya Kutu Beras

Kutu beras biasa ditemukan pada tanaman di ladang sebelum panen, namun biasanya baru terlihat beberapa waktu kemudian, setelah pengolahan.


Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Ilustrasi badai. Johannes P. Christo
Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.


Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Hujan akibatkan kanopi di Stasiun Tugu Yogyakarta roboh, Kamis, 4 Januari 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.


Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi meletus lagi, mengirim material vulkanik hingga setinggi tiga kilometer di atas puncak gunung itu, Jumat pagi 10 April 2020. Letusan itu adalah yang ketujuh sejak yang pertama Jumat pagi 27 Maret lalu. FOTO/DOK BPPTKG
Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.


Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Ketua Umum Partai PSI Giring Ganesha (kanan) memakaikan jaket partai kepada Ade Armando (kiri), sebagai simbol bergabung partai PSI di kantor DPP partai PSI, Jakarta Pusat, Selasa, 11 April 2023. Ketua Umum partai PSI mengumumkan bergabungnya Ade Armando menjadi kader Partai PSI. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman