TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 50 mahasiswa perwakilan dari Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) diterima Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Pandjaitan. Mereka akan berdialog mengenai tuntutan yang sudah disampaikan kemarin.
"Rencananya, mereka memang akan diterima Kepala Staf, Mensesneg, serta Seskab. Instruksinya dari Presiden langsung, saya hanya mengkoordinasikan," kata Deputi Kepala Staf Kepresidenan Bidang Komunikasi Eko Sulistyo, Kamis, 21 Mei 2015, di kantornya. Namun pertemuan tersebut berjalan tertutup.
Mahasiswa dari sekitar 50 kampus tersebut awalnya berorasi di depan Istana Negara sejak pagi hari. Sekitar pukul 14.30, mereka diperbolehkan masuk oleh pihak Istana. Mereka bahkan diizinkan bertemu Luhut di lantai 2 gedung Bina Graha.
Dalam konferensi pers kemarin, BEM SI menyatakan akan mengerahkan ribuan orang saat melakukan aksi memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Beberapa tuntutan mereka antara lain pencabutan kebijakan harga BBM dari mekanisme pasar bebas dan mengembalikan subsidi BBM seperti semula. Para mahasiswa juga mendesak pemerintah menasionalisasikan aset asing yang dianggap mengeruk kekayaan alam Indonesia.
Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia sebelumnya juga menerima undangan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Senin malam, 18 Mei 2015. Sempat beredar kabar bahwa dalam pertemuan itu Jokowi melobi para mahasiswa untuk tidak turun ke jalan saat peringatan tragedi 21 Mei. Namun hal itu buru-buru dibantah.
Bahkan, dalam pertemuan itu, semua ketua BEM yang hadir kompak menolak jamuan makan malam mewah di Istana. Alasannya, kedatangan mereka bukan untuk makan, melainkan diskusi. "Juga bukan untuk meminta Jokowi turun, hanya agar mempercepat progres kerjanya," ujar Gery Hanantyo, seorang perwakilan.
FAIZ NASHRILLAH