TEMPO.CO, Jakarta - Madina Online, portal berita yang dikenal aktif mengangkat isu-isu pluralisme, resmi memisahkan diri dari Yayasan Paramadina, lembaga keagamaan yang didirikan pemikir Islam Nurcholish Madjid alias Cak Nur. Media online yang dipimpin Ade Armando ini hengkang dari induk semangnya karena masalah pemberitaan. "Kami diultimatum oleh Ketua Yayasan Paramadina Didik J. Rachbini untuk mencabut berita," ucap Ade saat dihubungi melalui telepon selulernya, Sabtu, 16 Mei 2015.
Kejadian itu bermula saat Madina Online memberitakan seorang aktivis kerukunan agama, Ahmad Nurcholish, pada 6 Mei lalu. Pria yang tergabung dalam lembaga Indonesian Conference on Religion and Peace itu kerap menjadi penghulu dalam pernikahan pasangan beda agama. Namun Nurcholish dipukul saat hendak menikahkan pasangan di sebuah hotel berbintang di Jakarta. Bahkan mempelai pria, yang nonmuslim, dipaksa bersyahadat.
Mendapat banyak respons pembaca, berita itu ditindaklanjuti Madina Online dengan menulis perdebatan para ulama tentang pernikahan beda agama. Terakhir, mereka memuat wawancara khusus dengan Nurcholish, yang mengkritik kantor urusan agama (KUA). Nurcholish beranggapan KUA cenderung abai terhadap pernikahan pasangan beda agama.
Tiga tulisan terpopuler di Madina Online tersebut, kata Ade, mengundang perdebatan panas antara dia dan Ketua Yayasan Paramadina Didik J. Rachbini dalam sebuah rapat internal pada Rabu lalu. Didik, yang tak lain adalah politikus Partai Amanat Nasional dan bekas calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, mengultimatum agar tulisan itu segara dihapus. "Dia meminta agar redaksi tak lagi menulis isu serupa. Padahal dia sendiri belum baca," katanya.
Ade menduga Didik telah ditekan oleh sejumlah pihak yang tak sepakat dengan tulisan tersebut. Sempat mempertahankan argumen, Ade, yang juga sekretaris yayasan tersebut, akhirnya mengalah. Sehari setelah pertemuan, Ade mengundurkan diri dari Paramadina. "Saya tidak akan berada di Paramadina kalau lembaga ini tidak identik dengan Cak Nur," kata Ade. "Saya terlibat karena ingin melanjutkan amanat beliau."
Mulai hari itu juga Madina Online dikelola sendiri oleh Ade bersama sejumlah rekannya. Lantaran kucuran dana operasional dari Paramadina otomatis dihentikan, Ade mendapat bantuan dari sejumlah pihak yang mendukung kebebasan berpikir, seperti budayawan Denny J.A.
Madina Online mulanya berupa majalah yang terbit pada 2008-2009. Karena kekurangan dana, media itu berubah menjadi media online pada 2012. Awak Madina Online konsisten menyebarkan penafsiran agama yang mendukung keterbukaan berpikir, keberagaman, toleransi, dan demokrasi.
TRI SUHARMAN