TEMPO.CO, Luwu - Sekitar 3 ton beras untuk warga miskin (raskin) di Desa Cakkeawo, Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, ditolak para penerima, karena kualitasnya buruk dan tidak layak dikonsumsi.
Salah seorang warga Desa Cakkeawo, Muslim, mengatakan seluruh beras yang disalurkan ke desanya berbau dan berwarna kuning.
Menurut dia, warga beramai-ramai mengembalikan raskin tersebut. "Tidak ada warga yang mau terima, sehingga kami kembalikan ke kantor desa," kata Muslim, Senin, 11 Mei 2015.
Muslim menjelaskan, 3 ton raskin itu tiba di kantor desa pekan lalu lalu. Warga penerima, yang biasa disebut rumah tangga sasaran (RTS), akan dipanggil. Namun setelah diperiksa, kualitasnya buruk. “Tidak mungkin kami masak nasi dari beras yang sudah bau dan berwarna kuing,” ujar Muslim.
Ketua DPRD Luwu, Andi Muharrir, mengaku sudah mendapatkan informasi ihwal kualitas raskin yang buruk bagi para penerima di Desa Cakkeawo, Kecamatan Suli. Dia berjanji memanggil pihak terkait, termasuk Bulog, untuk meminta klarifikasi.
Andi Muharrir menyayangkan Bulog sebagai pengelola dan distributor raskin. “Seharusnya Bulog mencek dulu apakah raskin yang didistrubusi ayak konsumsi atau tidak," ucapnya.
Menurut Andi Muharrir, penyaluran beras tidak berkualitas bagi warga miskin, seharusnya tidak terjadi. "Sangat disayangkan ada kejadian seperti itu. Seharusnya mereka yang merupakan warga miskin mrendapat perhatian yang baik. Bukan disodori beras berbau dan berwarna kuning," tuturnya.
Andi Muharrir mendukung warga Desa Cakkeawo yang mengembalilkan raskin yang berkualitas buruk itu. Dia berharap warga penerima raskin di desa lainnya melakukan langkah serupa jika mendapatkan beras berkualitas buruk."Harus tolak kalau memang tidak layak dikonsumsi daripada jadi penyakit sehingga menimbulkan masalah baru,” kata dia.
Kepala Bulog Palopo, Abdul Hamid Majid, saat dimintai konfirmasi melalui telepon seluler tidak merespon. Pertanyaan yang dikirim Tempo melalui pesan singkat, juga tidak dibalas.
HASWADI