TEMPO.CO, Jakarta - Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan keputusan eksekusi mati yang diambil pemerintah tidak berpengaruh terhadap kerja sama militer dan pertahanan Indonesia dengan negara lain.
"Hubungan militer dengan Australia saja tak terpengaruh. Dengan Brasil juga baik karena kami membeli alutsista," kata Moeldoko kepada wartawan di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta, Senin, 4 Mei 2015.
Menurut Moeldoko, tak selamanya TNI menanggapi keputusan pemerintah dengan keras. Ada saatnya sikap TNI lebih lunak terhadap keputusan pemerintah. Contohnya ketika hubungan politik Indonesia dengan negara lain memanas, TNI harus tetap menjaga kerja sama militer dengan negara itu. "TNI punya tugas sebagai penyeimbang kondisi kepentingan nasional dan hubungan militer."
Delapan terhukum mati telah dieksekusi oleh Kejaksaan Agung di Nusakambangan, Rabu dinihari, 29 April 2015. Mereka adalah Martin Anderson (warga negara Nigeria), Raheem Agbajee Salame (Nigeria), Okwudili Oyatanze (Nigeria), Sylvester Obiekwe Nwolise (Nigeria), Rodrigo Gularte (Brasil), Andrew Chan (Australia), Myuran Sukumaran (Australia), dan Zainal Abidin (Indonesia).
Sedangkan dua terpidana mati lainnya, Mary Jane Fiesta Veloso (Filipina) dan Serge Areski Atlaoi (Prancis), untuk sementara lolos dari terjangan pelor regu tembak. Pemerintah menunda eksekusi keduanya.
Eksekusi mati itu membuat hubungan RI dengan beberapa negara memanas, di antaranya dengan Australia dan Brasil serta Belanda, yang warga negaranya lebih dulu dieksekusi mati dalam perkara narkoba.
INDRA WIJAYA