TEMPO.CO, Medan - Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara Inspektur Jenderal Eko Hadi Sutedjo mengatakan motif dua personel Polisi Air Kepolisian Resor Serdang Bedagai saling tembak adalah bisnis peminjaman uang.
Eko Hadi mengatakan untuk sementara polisi menyimpulkan aksi nekad Brigadir Satu Sigiro menembak mati rekannya, Brigadir Dedi, dilatarbelakangi bisnis peminjaman uang.
"Dari keterangan teman-temannya, Brigadir Satu Sigiro mempunyai pekerjaan meminjam-minjamkan uang kepada masyarakat dan polisi. Dia mendapatkan modal dari kakaknya, kemudian Brigadir Dedi bagian menagih. Jadi ada ingkar janji di antara mereka berdua," kata Eko Hadi kepada wartawan, Kamis, 30 April 2015.
Dua anggota Polair Polres Serdang Bedagai tewas mengenaskan tertembak senjata dinas laras panjang jenis V2 Rabu, 29 April 2015. Sigiro menembak Dedi di kaki dan dada. Lalu Sigiro mengakhiri hidupnya dengan menembak kepalanya sendiri dengan senjata yang dia gunakan untuk menembak Dedi.
Keduanya ditemukan tergeletak tak bernyawa di dapur rumah Dedi, di samping Kantor Kepolisian Sektor Perbaungan antara pukul 11.3 hingga 12.00 WIB.
Setelah peristiwa mengenaskan itu, ujar Eko, kepolisian berfokus untuk menyelidiki pemberi izin senjata yang digunakan Sigiro di luar jam dinas. "Karena Briptu Sigiro menggunakan senjata dinas dalam keadaan tidak dinas," ujar Eko.
Setelah lepas dinas, menurut Eko, Sigiro seharusnya langsung menyerahkan senjatanya ke pos. Namun Sigiro malah membawa senjata tersebut ke rumah Dedi hingga terjadi insiden tersebut.
Juru bicara Polda Sumatera Utara Ajun Komisaris Besar Mangantar Pardamean Nainggolan menuturkan dari penjelasan saksi yang diperiksa, Sigiro mendatangi rumah Dedi dalam keadaan emosi sambil menenteng senjata.
"Briptu Sigiro menembakkan senjatanya ke arah kaki dan dada Brigadir Dedi. Seketika Brigadir Dedi tewas. Mengetahui Brigadir Dedi tewas, Briptu Sigiro menembak kepalanya sendiri dengan senjatanya dan tewas di tempat," ujar Nainggolan.
SAHAT SIMATUPANG