TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengucapkan selamat hari Kartini yang diperingati setiap 21 April melalui akun Twitter-nya, @SBYudhoyono.
"Selamat Hari Kartini 2015, kaum perempuan Indonesia. Jadilah kekuatan bangsa yang tangguh menuju Negara Maju di Abad 21 ini. *SBY*," tulisnya pada 21 April 2015.
Melalui cuitannya di Twitter, SBY mengungkapkan peringatan hari Kartini merupakan momen untuk memperhatikan hak-hak kaum perempuan. Bekas presiden ke-6 ini menyatakan bahwa pemerintah mesti turun tangan untuk mewujudkannya. "Negara & pemerintah teruslah lindungi & bantu kaum perempuan yg belum berdaya, hingga saatnya siap utk hadapi tantangan hidup. *SBY*," cuitnya.
"Saya yakin perempuan Indonesia akan jadi kekuatan yg peduli, setia, rasional & mau bekerja keras, utk majukan kehidupan masyarakat. *SBY*"
Pada kesempatan terpisah, pemerhati perempuan dan anak Linda Amalia Sari Gumelar menyatakan peringatan Hari Kartini bukan hanya soal sanggul dan kebaya.
"Peringatan Hari Kartini jangan hanya mengenai sanggul dan kebaya. Tapi bagaimana meningkatkan peran bersama, agar perempuan Indonesia berkualitas, cerdas, melahirkan anak yang sehat, dan menjadikan keluarga sejahtera," ujar Linda usai acara peringatan HUT ke-88 Anindyati Sulasikin Murpratomo di Kantor Kowani, Jakarta, Senin 20 April 2015.
Linda merupakan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak era Kabinet Indonesia Bersatu II, pada masa SBY menjadi presiden. Linda berpendapat, masih banyak pekerjaan rumah masalah perempuan yang harus diselesaikan. Ia menyebutkan hal-hal tersebut, yakni tingginya angka kematian ibu melahirkan, perdagangan manusia, tingkat kesehatan perempuan, hingga pelecehan seksual.
"Pada 2009, jumlah pejabat eselon 1 perempuan hanya sembilan persen, kemudian pada 2014 meningkat menjadi 14 persen. Saya kira ini kemajuan. Ke depan, peran serta perempuan harus semakin ditingkatkan," jelas dia.
Ketua Umum Kowani, Giwo Rubianto Wiyogo mengatakan perlu adanya upaya pemberdayaan perempuan di daerah-daerah tertinggal. Para perempuan di Tanah Air harus diberi kesempatan untuk ikut serta pada semua bidang. "Sayangnya, banyak perempuan yang masih malu padahal mereka cerdas," Giwo berujar.
ANTARA | NI