TEMPO.CO, Bangkalan - Kepolisian Daerah Jawa Timur menerjunkan satu satuan setingkat peleton Brigade Mobil (Brimob) ke Kabupaten Bangkalan. Mereka ditempatkan di perbatasan Desa Sendeng Dejeh dan Petapan Kramat, Kecamatan Labang, Bangkalan, Jawa Timur, untuk mencegah terjadinya carok susulan antar-warga kedua desa. "Kami dari Brimob Medaeng," kata seorang anggota Brimob yang berjaga kepada Tempo, Kamis, 9 April 2015.
Pada Rabu malam, 8 April 2015, warga Desa Sendeng Dejeh dan Petapan Kramat terlibat perkelahian menggunakan senjata tajam alias carok. Perkelahian terjadi di sekitar lokasi pergelaran orkes musik dangdut yang digelar warga Desa Petapan dalam rangka memeriahkan acara pernikahan.
Dua orang tewas dalam peristiwa itu. Satu korban meninggal berinisial FU, 28 tahun, warga Desa Sendeng Dejeh. Satu korban lain berinisial DI, 40 tahun, warga Desa Petapan Kramat. Sementara itu, lima warga lain menderita luka-luka. Tiga korban luka berasal dari Desa Petapan dan dua lainnya warga Desa Sendeng Dejeh.
Kelima korban luka dirawat terpisah di tiga rumah sakit. Dua korban dari Desa Sendeng dirawat di RS dr Soetomo Surabaya. Adapun dua korban dari Desa Petapan Kramat dirawat di RS Syamrabu Bangkalan, sementara satu dirawat di RS dr Suwandi Surabaya. "Perawatan terpisah ini untuk menghindari kemungkinan terjadi bentrok," kata seorang polisi.
Kepala Polres Bangkalan Ajun Komisaris Besar Sulistiyono mengatakan situasi di kedua desa sudah kondusif. "Selain Brimob, pasukan dari Polres dan TNI mengamankan lokasi," katanya.
Menurut Andy, pemicu bentrokan warga dua desa itu adalah senggolan sepeda motor. Awalnya, ada warga Desa Sendeng Dejeh bernama Jazuli yang menonton orkes di Desa Petapan. Jazuli kemudian menegur seorang warga Desa Petapan bernama Usman karena tersenggol. Tidak terima ditegur, Usman menampar Jazuli. Sebaliknya, tak terima ditampar, Jazuli mengadu kepada keluarganya dan terjadilan bentrokan tersebut.
MUSTHOFA BISRI