TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan kader Partai Amanat Nasional memadati salah satu sudut di lantai dua Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat malam, pekan lalu. Satu per satu mereka memasuki Ruang Bima--salah satu ruangan di lantai itu--setelah mengisi buku daftar hadir di depan pintu masuk. "Ini rapat perdana pengurus baru," kata ketua umum partai itu, Zulkifli Hasan.
Setengah dari jumlah pengurus partai hadir malam itu. Di jajaran elite, selain Zulkifli, tampak pula Ketua Dewan Kehormatan Amien Rais, Sekretaris Jenderal Eddy Soeparno, Bendahara Umum Nasrullah, dan para wakil ketua umum. Ketua Majelis Pertimbangan Soetrisno Bachir datang menyusul.
Acara satu jam itu berlangsung setelah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mengesahkan daftar pengurus partai periode 2015-2020, Rabu pekan lalu. Total 76 nama--mayoritas merupakan pendukung Zulkifli--tercantum di daftar itu. Ini sesuai jumlah pengurus yang diajukan Zulkifli ke Kementerian Hukum sepekan sebelumnya.
Proses pengesahan yang terbilang mulus tak terjadi saat penyusunan daftar nama pengurus. Ini akibat bipolarisasi kekuatan partai pasca-kongres Nusa Dua, Bali, awal Maret 2015. Dua kekuatan yang terbentuk adalah kubu Zulkifli dan Hatta Rajasa, tokoh partai yang bersaing menjadi ketua umum di kongres.
Zulkifli, misalnya, harus berulang kali menemui Hatta untuk membahas nama-nama calon pengurus. Pertemuan berlangsung di kediaman Hatta di Jakarta. "Total ada empat pertemuan," kata Wakil Ketua Umum Bara Hasibuan. Pertemuan dilatarbelakangi niat Zulkifli merangkul kubu Hatta masuk struktur partai untuk kmenghindari perpecahan.
Pertemuan tersebut dimanfaatkan Zulkifli untuk meminta Hatta menyodorkan sejumlah nama untuk masuk daftar pengurus. Menurut seseorang yang mengetahui isi pertemuan, Zulkifli meminta Hatta mengajukan 20 nama. "Sepuluh akan diberi posisi ketua, sepuluh lainnya wakil sekretaris jenderal," ujarnya.
Zulkifli membantah menawarkan dua posisi itu untuk pendukung Hatta. "Tidak benar seperti itu," katanya. Adapun Bara membenarkan ada tawaran kepada Hatta untuk mengusulkan 20 nama dalam kepengurusan baru. Namun, seseorang yang dekat dengan Zulkifli mengatakan 20 kursi yang ditawarkan sempat ditentang pendukung Zulkifli.
Para pendukung menganggap Zulkifli terlalu bermurah hati dengan memberikan begitu banyak jatah kursi. Penolakan mereda setelah Zulkifli menjelaskan maksud akomodasi kursi, yakni menjaga persatuan partai. "Setelah kongres, sudah tak ada lagi kubu Bang Hatta atau kubu Bang Zul," ucap Zulkifli.
Dua puluh nama ini akhirnya dibahas dalam rapat tim formatur yang dipimpin Zulkifli. Tak semua nama disepakati, meski kubu Hatta mengirim dua perwakilan di tim yang memiliki 12 anggota itu. Sumber yang mengetahui pembahasan nama-nama itu mengatakan perdebatan panas terjadi dalam rapat di Ruang Bimasena, Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Senin dua pekan lalu.
Menurut dia, perdebatan bermula saat Zulkifli memaparkan 20 nama yang diusulkan Hatta. Sejumlah anggota tim, yang juga pendukung Zulkifli, menolak beberapa nama. "Ada resistansi dari tim Zulkifli. Sejak awal, mereka tak suka dengan beberapa nama," kata orang itu.