TEMPO.CO , Surabaya:Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur, Inspektur Jenderal Anas Yusuf, berharap pemerintah daerah di seluruh Jawa Timur lebih intensif mencegah warganya yang terindikasi hendak bergabung dengan kelompok radikal negara Islam ISIS. Seruan menyusul serangkaian operasi penangkapan warga oleh tim Detasemen Khusus 88, termasuk di Malang pada hari ini, Rabu 25 Maret 2015.
"Kami harap semua komponen di Jawa Timur memberikan pengertian kepada rekan-rekan kita yang ada indikasi untuk bergabung dengan ISIS," kata Anas usai rapat bersama kapolres di bawah jajarannya di Markas Polda Jawa Timur, Rabu 25 Maret 2015.
Menurut Anas, dengan bantuan pemerintahan daerah masing-masing, maka pencegahan dari wilayah masing-masing akan terbangun. Bukan cuma pemerintah, alim ulama yang tersebar diseluruh pelosok Jawa Timur juga diminta ambil peran sehingga masyarakat di daerah menjadi tidak mudah terpancing dengan adanya ajakan dari pengikut ISIS.
Anas menambahkan, apabila masyarakat di masing-masing daerah tidak terpengaruh, maka dipastikan oknum yang akan mengajak pergi ke Irak maupun Suriah, dalam rangka bergabung dengan ISIS, tidak akan berhasil. "Jadi, kami harapkan adanya kerja sama yang baik antara masyarakat di bawah dengan pemerintah kota dan kabupaten dan semua stakeholder," kata dia.
Secara terpisah, Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf mengaku prihatin Jawa Timur termasuk daerah 'kantong' perekrutan ISIS. "Kami akan melakukan segala acara untuk mencegah perekrutan itu," katanya berjanji, Rabu 25 Maret 2015.
Langkah pertama yang akan dilakukan adalah instruksi kepada jajaran pemerintah mulai dari tingkat RT agar mengawasi setiap warganya dan segera melapor jika melihat hal-hal atau keadaan yang aneh. Hal ini, kata dia, diperlukan untuk pencegahan sedini mungkin perekrutan seseorang menjadi anggota ISIS.
Langkah kedua, menggalang dukungan para ulama maupun tokoh-tokoh masyarakat untuk membantu memberikan pengertian bahayanya paham radikal. "Kami juga bekerja sama dengan media untuk menyebarluaskan paham Islam Nusantara yang menghormati setiap orang tanpa adanya kekerasan," ujar Gus Ipul, sapaan Syaifullah.
Selain itu, langkah ketiga, memberikan pengawasan ketat terhadap buku-buku pelajaran agama untuk semua siswa di setiap jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP hingga SMA. "Semua pihak yang mengajarkan harus mempelajari betul jangan sampai muncul penafsiran yang berbeda-beda terkait soal paham agama," ujarnya.
MOHAMMAD SYARRAFAH | EDWIN FAJERIAL