TEMPO.CO, Jakarta - Asisten Perencanaan Kepala Kepolisian RI Tito Karnavian mengatakan hampir semua organisasi Islam memiliki kesamaan dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), yakni ingin mendirikan negara Islam. Namun, yang membedakan adalah caranya.
"Kalau ISIS menghalalkan kekerasan, bahkan terhadap sesama muslim sendiri," kata Tito saat ditemui Tempo di kantornya.
ISIS, menurut Tito, menyebarkan ideologi takfiri yakni mengkafirkan kelompok lain yang tak sepaham dengannya. Mereka tak segan menyakiti bahkan membunuh kelompok-kelompok yang berseberangan dengannya. Misi ISIS adalah mendirikan negara Islam di dunia dan menjadikan hukum Islam sebagai aturannya, seperti zaman Nabi Muhammad dulu. Mereka menganggap zaman Nabi Muhammad damai karena ada Islam. "Makanya ISIS ingin mendirikan negara Islam di dunia dan memerangi yang tidak sepahaman," ujarnya.
Jaringan teroris besar lainnya, Al-Qaeda, juga ingin mendirikan negara Islam, namun mengharamkan membunuh sesama orang Islam, anak-anak, dan perempuan. Al-Qaeda didirikan oleh Osama bin Laden dengan ideologi Manhaj Salafi. "Kalau ISIS boleh membunuh, bahkan orang tua pun boleh dibunuh kalau menentang."
Tito menambahkan ISIS merupakan pecahan dari Al-Qaeda. Saat itu jaringan Al-Qaeda di Irak ada yang bernama Al-Qaeda in Iraq (AQI) yang dipimpin oleh Abu Bakar al-Baghdadi. Saat konflik Suriah terjadi, Baghdadi mendeklarasikan terbentuknya ISIS sekaligus memimpinnya.
Sedangkan pecahan Al-Qaeda lainnya, Jabat Nusra, hingga saat ini belum mendeklarasikan masuk dalam ISIS. "Banyak faktor yang mendorong orang bergabung dengan jaringan teroris," ujarnya.
Di Indonesia, menurut Tito, juga tak lepas dari jaringan teroris internasional, termasuk ISIS dan Al-Qaeda. Di Indonesia ada dua organisasi Islam yang moderat, yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
DEWI SUCI RAHAYU