TEMPO.CO, Malang - Geram karena ditelantarkan, juru bicara Ansharul Khilafah, Muhammad Romly, bertekad mengambil alih kembali pengelolaan Masjid Jami Sulaiman Al Hunaishil di Gang Makam, Dusun Sempu, Desa Gadingkulon, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Ansharul Khilafah merupakan kelompok yang mendeklarasikan diri di Masjid Jami Sulaiman Al Hunaishil dan mengadakan pengajian Ramadan pada 20 Juli 2014. Kelompok ini pun diduga melakukan pembaiatan alias pengucapan sumpah setia kepada imam atau pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi.
Sejak disegel Pemerintah Kabupaten Malang pada 7 Agustus 2014 lalu, pengelolaan Masjid Sulaiman diserahkan ke masyarakat melalui pemerintah desa setempat. Namun, menurut Muhammad Romly, ternyata kondisi Masjid Sulaiman justru tambah memprihatinkan.
“Janjinya dulu masjidnya mau dimakmurkan. Lha kok sampai sekarang malah tetap sepi dan tak terurus. Listrik dan air pun masih tak ada. Padahal sudah saya buatkan sumur di belakang masjid. Kondisi masjid juga kotor, tapi untung sering saya bersihkan,” kata Romly kepada Tempo, Kamis, 19 Maret 2015.
Romly mengaku rutin sendirian mengunjungi Masjid Sulaiman dua minggu sekali setelah masjid yang diapit kebun jati, sengon, dan pemakaman umum itu disegel. Terakhir mengecek Masjid Sulaiman tiga pekan lalu. Ia sempat jengkel sapu yang biasa ia pakai raib. Pintu utama yang dikuncinya terbuka lebar sehingga ruang tengah sampai mihrab (tempat imam memimpin salat berjamaah) berdebu tebal.
Karena masjid tak terurus, ia sempat memprotes Kepala Desa Gadingkulon Wahyu Eddi Prihanto. Ia bilang banyak barang masjid hilang, tapi Romly tak ingat apa saja barang yang hilang. Setelah diprotes, Eddi berjanji akan mengurusnya.
Romly mengaku saat ini sedang berusaha mengurus perizinan untuk bisa mengelola masjid. Tapi, ia menukas, tanpa diizinkan pun ia bersikeras tetap mengelola masjid. “Masjid itu tetap punya saya. Soal bukti kepemilikan tanah, ngapain saya tunjukkin ke sampean (Anda), pokoknya ada,” ujar Romly.
Ia membenarkan pembangunan Masjid Sulaiman dilakukan bersama Lembaga Peduli Pendidikan Islam (LP2I) Al Fawaz di Pare, Kediri. Masjid dibangun di atas lahan 240 meter persegi selama hampir sembilan bulan sejak sekitar Oktober 2013 dan menghabiskan biaya sekitar Rp 280 juta. Biaya pembangunan berasal dari duit pribadi Romly dan LP2I.
Romly ogah menyebut jumlah kocek pribadi yang dikeluarkan dengan alasan segala bentuk sumbangan tak boleh dipamerkan agar terhindar dari keriaan. Begitu pula ia menolak menyebut dari mana duit ia peroleh dengan alasan datangnya rezeki sering tak terduga.
Sebelumnya pada 8 Agustus 2014, Ketua LP2I Al Fawaz, Supanji, mengungkapkan bahwa lembaganya mendanai pembangunan Masjid Sulaiman sebesar Rp 170 juta. Dana dikucurkan sesuai proposal yang diajukan Romly. Supanji tertarik membantu karena Romly ingin membangun pesantren penghafal atau hafiz Alquran untuk anak-anak pula.
“LP2I hanya membantu membiayai saja. Enggak ada hubungannya dengan kami karena memang kerjaan mereka bantu-bantu pembangunan masjid. Karena itu, saya sempat marah pada LP2I kenapa masjidnya diserahkan ke pemerintah. Padahal, tanahnya tetap milik saya,” kata Romly, kata bapak tujuh anak ini.
Pembangunan masjid melibatkan warga Dusun Sempu. Karena warga Sempu tak mampu membangun kubah, Romly mendatangkan sejumlah tukang pembuat kubah dari Kediri. Jadi, menurut Romly, penolakan warga terhadap pembangunan Masjid Sulaiman tidak proporsional. Ia lalu membandingkan pembangunan gereja tanpa izin di Desa Gadingkulon, yang menurut dia, mengalihfungsikan rumah milik seorang warga.
Sebagian tanah masjid ia beli dari Budi, warga Jetis, Kecamatan Dau. Budi mau menjual karena ia ingin membangun pesantren penghafal Al-Quran untuk anak-anak yang dibuka tiap Sabtu dan Minggu. Belakangan Budi mewakafkan sebagian tanah itu untuk dibangun masjid.
“Tidak benar saya disebut ingkar janji pada Pak Budi karena bangun masjid tanpa bayar tanahnya. Saya lunasi, kok. Prinsip saya, memakmurkan dulu masjid yang saya bangun, apa pun kondisinya, masih lebih mulia daripada orang-orang yang menentang justru tidak memakmurkan masjidnya sendiri,” kata Romly.
ABDI PURMONO