TEMPO.CO, Semarang - Kepala Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) Marsekal Madya F.H.B. Soelistyo menyatakan di Laut Jawa paling sering terjadi musibah. Intensitas musibah yang ada itu membuat lembaga yang ia pimpin menyiapkan lima unit kapal yang sudah rampung dibuat.
"Pembuatan kapal tahun 2014 dan sudah rampung. Salah satunya ditempatkan di Semarang dengan pertimbangan Laut Jawa paling banyak musibah," kata Soelistyo di Semarang, Kamis, 19 Maret 2015.
Kapal yang hendak diresmikan penggunaannya pada hari ini, Jumat, 20 Maret, itu sama dengan empat kapal lain yang ditempatkan di Bali, Manado, Padang, dan Medan. "Ini untuk antisipasi bila ada kecelakaan di laut, karena perairan seputar Semarang hingga Surabaya sering terjadi musibah kecelakaan meski skalanya tak besar," ujarnya.
Kapal untuk bantuan pencarian korban musibah laut itu bertujuan menunjang tugas kemanusiaan. Pada tahun ini, Basarnas akan melengkapi semua kantor SAR yang punya wilayah kerja perairan dengan kelas kapal yang sama.
Soelistyo berharap Basarnas punya kapal SAR besar yang lebih lengkap, seperti Singapura dengan kapal under water rescue. Hal ini berdasarkan pertimbangan laut Indonesia yang luas dan sebagian besar wilayah timur yang sangat dalam.
Keberadaan kapal penolong yang lebih besar itu juga sebagai komitmen komunitas ekonomi ASEAN yang akan berdampak pada ramainya lalu lintas udara dan laut. "Namun harapan akan kapal besar itu belum dianggarkan. Masih proses pengajuan," katanya.
Selain kapal, Basarnas masih memiliki enam helikopter yang sudah tua dan dua helikopter jenis Dauphin yang baru. Helikopter terakhir ini digunakan untuk evakuasi korban kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 di Pangkalan Bun. Ke depan, Soelistyo ingin punya dua skuadron helikopter baru yang sama dan punya kemampuan lebih.
Sebelumnya, Gubernur Jawa tengah Ganjar Pranowo mengakui bahwa daerah Jawa Tengah merupakan pusat munculnya bencana. "Jateng itu sebagai akuariumnya bencana. Semua bencana ada di Jateng," kata Ganjar.
Ganjar berharap ketanggapbencanaan diikuti oleh masyarakat, khususnya kelompok muda di Jawa Tengah yang punya ketangguhan untuk menolong. "Saya ingin pemuda tak hanya tanggap saat bencana, tapi juga mampu mengantisipasi dengan cara sosialisasi dini," ucapnya.
EDI FAISOL