TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj mengatakan lembaganya menolak ajang Miss World dan Miss Universe. Musababnya, titik berat penilaian lomba itu hanya pada aspek fisik.
Mereka, kata Said, harus cantik dengan standar tertentu. Masalah keterampilan, ujar dia, hanya satu penilaian kecil yang tak signifikan.
"Saya tolak karena bentuk manusia adalah ciptaan Allah," kata Said di kantornya di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, pada Senin malam, 9 Maret 2015. "Yang itu bukan untuk dilombakan."
Andai, kata dia, yang dilombakan adalah keterampilan memasak dan pencak silat, kata Said, perempuan NU akan maju. Namun, ketika yang dilombakan hanya kecantikan, Said melarang orang NU ikut. "Kenapa? Karena muslimat NU enggak akan bisa menang," katanya sembari tersenyum lepas diikuti suara riuh rendah peserta rapat.
Kendati begitu, NU mengklaim telah melakukan pemberdayaan kader perempuannya sejak jauh hari. Pada 1940-an, kata Said, PBNU memperbolehkan perempuan NU kuliah di fakultas hukum. Artinya, ujar dia, NU mengizinkan perempuan menjadi hakim agama. "Ini kejutan luar biasa, saat umat Islam dunia masih berpikiran sempit terhadap perempuan," ujarnya.
Aksi afirmasi terhadap perempuan diperkuat lagi saat musyawarah nasional di Lombok Tengah pada era Abdurrahman Wahid pada 1997. Keputusan munas saat itu membolehkan perempuan menduduki jabatan pimpinan negara.
MUHAMMAD MUHYIDDIN