TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengaku sedih karena disebut sebagai Presiden Republik Indonesia perempuan pertama.
Sebab, menurut Mega, setelah dia lengser, tidak ada lagi kaum perempuan yang mencalonkan diri sebagai presiden.
"Saya malah sedih dielu-elukan sebagai presiden perempuan pertama, bukannya bangga," kata Megawati dalam pidato peringatan Hari Perempuan Internasional di Taman Ismail Marzuki, Ahad, 8 Maret 2015. "Dari banyak penduduk, mosok cuma satu presiden perempuannya."
Mega mengaku, selama berpolitik dan sebagai ketua umum partai yang paling tua, godaan kaum perempuan untuk terjun dalam dunia politik sangat besar.
Godaan itu antara lain datang dari pihak keluarga. Mega mencontohkan, dalam partainya, ada seorang kader yang ingin mengundurkan diri akibat desakan suaminya.
"Suaminya memberikan pilihan kepada istri, ‘Pilih saya atau partai'," tutur Mega menirukan desakan suami kader partainya. "Kalau sudah urusan itu, ya, saya sebagai ketua umum tidak bisa mencampuri."
Namun Mega mengatakan sebenarnya godaan itu bisa diatasi dengan cara berkomitmen kepada diri sendiri untuk tetap berpolitik dan membuat perubahan bagi bangsa ini.
REZA ADITYA