TEMPO.CO, Banda Aceh - Mahasiswa dan masyarakat korban tsunami di Meulaboh, Ibukota Kabupaten Aceh Barat, melakukan aksi kumpul koin untuk Australia. Daerah itu merupakan wilayah terparah akibat tsunami sepuluh tahun lalu.
Aksi berlangsung di Kota Meulaboh, Senin siang, 23 Februari 2015. Mahasiswa dan masyarakat korban tsunami turun ke jalan sampil mengumpulkan koin, sebagai aksi protes terhadap pernyataan PM Australia Tony Abbot yang menyinggung bantuan negaranya dalam tsunami Aceh. “Aksi hari ini permulaan, kami akan terus melakukan penggalangan,” ujar Rahmad Ojer, koordinator aksi yang menjadi korban tsunami, kepada Tempo.
Menurut Rahmad, uang yang dikumpulkan masyarakat adalah uang recehan. Ada juga yang memberikan uang kertas seribuan dan duaribuan dan tetap diterima.
Uang tersebut nantinya akan dikirimkan ke Kedutaan Besar Australia di Jakarta, untuk disampaikan ke Tony Abbott. Jumlah yang terkumpul dalam aksi Senin belum diketahui. “Nanti akan dihitung sekalian, aksi masih terus dilakukan,” katanya.
Perkumpulan mahasiswa dan korban tsunami di Aceh Barat juga berencana membuat posko pengumpulan koin untuk Australia.
Sebagai korban tsunami, Rahmad sangat tersinggung dengan pernyataan Abbott. Masalahnya, secara tidak langsung telah menghina korban tsunami Aceh baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dan membandingkan dengan nyawa dua orang pengedar narkoba. “Abbott harus meminta maaf kepada korban tsunami Aceh,” ujarnya.
Pada 18 Februari 2015, Abbott meminta Indonesia tidak melupakan sumbangan yang diberikan rakyat Australia dalam jumlah sangat besar saat tsunami menerjang sejumlah wilayah di Indonesia pada 2004.
Kemurahan hati rakyat Australia itu diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk menyelamatkan nyawa dua warga Australia yang sedang menunggu pelaksanaan eksekusi mati oleh aparat penegak hukum Indonesia.
"Mari untuk tidak melupakan beberapa tahun lalu ketika Indonesia dihantam badai tsunami, Australia mengirimkan bantuan senilai miliaran dolar," kata Tony Abbott seperti dikutip dari Sydney Morning Herald, 18 Februari 2015.
ADI WARSIDI