TEMPO.CO, Bojonegoro - Saddam Art, perusahaan mebel di Jalan Brigadir Jenderal Sutoyo, Desa Sukorejo, Kecamatan Kota Bojonegoro, ludes terbakar pada Rabu dinihari, 4 Februari 2015. Perusahaan yang berdiri lebih dari 30 tahun silam ini dikenal sebagai langganan sejumlah pejabat era Orde Baru hingga sekarang. Kerugian perusahaan akibat amukan si jago merah itu diperkirakan mencapai Rp 8 miliar.
Polisi masih mengumpulkan sisa-sisa puing kebakaran. Material bekas kebakaran itu bakal dikirimkan ke Laboratorium Forensik Mabes Polri cabang Surabaya untuk diteliti. "Kami belum bisa menyimpulkan penyebab kebakaran," ujar Kepala Kepolisian Sektor Kota Bojonegoro Ajun Komisaris Saibani.
Hingga Rabu siang, polisi dan petugas pemadam kebakaran masih berada di tempat kejadian perkara. Garis polisi terpasang di tempat yang diperkirakan jadi penyebab munculnya titik api. Beberapa orang juga tengah dimintai keterangan.
Berdasarkan informasi awal, kebakaran berawal saat Awi, seorang karyawan, melihat Abdul Ghoni—rekan kerjanya—terlelap di lantai bawah, sekitar pukul 01.00. Selang satu jam kemudian, Awi mencium bau benda terbakar. Awi langsung turun ke lantai bawah. Namun ia terlambat karena kasur busa dan beberapa kayu jati bahan mebel sudah terbakar. Adapun Ghoni sudah tidak ada.
Api makin membesar dan melalap benda-benda mebeler, seperti almari ukir, jendela, pintu, meja, kursi, dan aksesori dari kayu jati, yang bernilai jutaan rupiah. Menjelang subuh, enam mobil pemadam datang dan petugas melakukan penyemprotan. Luasnya gudang kayu dan besarnya api membuat upaya pemadaman kurang berjalan lancar.
Saddam Art dikenal sebagai perusahaan mebel berkualitas bagus. Kayu yang dipakai sebagian besar jenis jati di atas 50 tahun. Perusahaan beromzet belasan miliar ini sekarang dikelola Guntur, yang meneruskan usaha mertuanya. Menurut Guntur, mebel buatannya sering dipesan oleh pejabat negara sejak era Orde Baru hingga sekarang. "Kami menjaga kualitasnya," ujar Guntur kepada Tempo beberapa waktu lalu.
SUJATMIKO