TEMPO.CO, Cilacap - Terpidana mati Namaona Denis menulis pesan terakhir dalam selembar kertas putih. Surat tersebut dibacakan oleh istrinya, Dewi Retno Atik. Sambil menangis, Dewi berharap suaminya tak dieksekusi. "Dia hanya kurir, bukan gembong narkotika," ujar Dewi seusai mengunjungi suaminya di Dermaga Wijayapura, Cilacap, Sabtu 17 Januari 2015. (Baca: Jadwal Eksekusi Narapidana Mati di Nusakambangan)
Berikut isi surat tulisan tangan Denis.
Assalamualaikum.
Saya Namoana Denis...orang miskin yang bangkrut dan terpaksa menjadi kurir, saya bukan bandar!
Kepada Bapak Presiden dan seluruh rakyat Indonesia. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan saya karena sebagai manusia saya tidak lepas dari kesalahan.
Perubahan hukuman saya dari seumur hidup menjadi pidana mati telah 14 tahun merampas keadilan yang sampai saat ini saya perjuangkan.
Saya mohon kepada masyarakat memahami perjuangan saya memperoleh keadilan agar tidak ada orang lain mengalami perlakuan seperti saya.
Karena ternyata berkelakuan baik dan patuh pada aturan hukum di negara ini saja tidak cukup untuk memperoleh keadilan.
Karena itu melalui surat ini (surat dari Komnas) saya masih terus memperjuangkan keadilan yang tidak pernah saya dapatkan.
Dan atas nama saya dan keluarga berkali-kali saya memohon ampun kepada Alloh dan meminta maaf kepada seluruh Rakyat Indonesia.
Wassalammualaikum Warahmatullohi Wabarakatuh.
Namaona Denis
Ttd
ARIS ANDRIANTO
Topik terhangat:
Calon Kapolri | Harga BBM Turun | AirAsia | Menteri Jonan | Susi Pudjiastuti
Berita terpopuler lainnya:
Ini Kronologi Penembakan Terduga Teroris di Kediri
Budi Gunawan Tinggalkan Istana tanpa Senyum
Harga BBM Turun Lagi, Soekarwo: Bikin Bingung