TEMPO.CO, Yogyakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syafii Maarif menuturkan, pemerintah berencana memproduksi massal alat deteksi tanah longsor agar seluruh daerah rawan bisa memanfaatkan alat yang disebut ekstensometer itu.
"Ada rencana produksi massal itu, tapi butuh proses lama untuk tiap unitnya," kata Syafii Maarif setelah menggelar rapat koordinasi bersama Kepala Badan Geologi Surono serta tim penanggulangan bencana dari Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta, Kamis petang, 18 Desember 2014. (Baca:Waspada Banjir Bandang Seusai Longsor Banjarnegara)
Pendeteksi ltanah ongsor ini dikembangkan tim riset UGM dan Badan Geologi. Produksi awal alat ini menghasilkan 20 pendeteksi untuk dipasang di kawasan rawan tanah longsor, seperti Banjarnegara-Wonosobo di Jawa Tengah. Targetnya, seluruh alat terpasang pada akhir Desember ini.
Pakar instrumen tim pembuat alat ini dari UGM, Sani Tanaka, menuturkan alat itu diproduksi sendiri di dalam negeri karena biayanya jauh lebih murah dibanding impor.
"Kalau produksi sendiri mungkin tak sampai Rp 100 juta per unit. Jika beli dari luar bisa sampai Rp 1 miliar karena dijual terpisah per komponen," kata Sani. (Baca:Mengapa Banjarnegara Selalu Diintai Longsor? )
Satu set ekstensometer terdiri atas lima bagian utama, yakni perangkat ekstensometer itu sendiri, tilt meter, alarm, sirene, dan perangkat server pengirim serta penerima sinyal.
Cara kerja ekstensometer ini mengandalkan deteksi pergerakan tanah (diukur ekstensometer), curah hujan, dan sudut kemiringan permukaan tanah (diukur tilt meter).
Bagian ekstensometer terdiri atas serangkaian pesawat sederhana yang dilengkapi sebuah roda katrol yang tersambung dengan kabel pendeteksi yang menjulur menyentuh tanah.
"Kecepatan luruhan tanah memutar katrol menunjukkan intensitas longsor yang bakal terjadi," ujar Sani. Indikator putaran katrol ini akan didukung data kemiringan tanah yang ditunjukkan tilt meter. Semakin curam permukaan tanah, luruhan semakin cepat.(Baca:Ini Daftar 85 Korban Tewas Longsor Banjarnegara)
"Jika tiga indikator itu semuanya menembus ambang batas bahaya, akan dikirimkan ke alarm dan otomatis membunyikan sirene," kata Sani. Seluruh perangkat ekstensometer ini dikendalikan dengan sistem nirkabel.
Perangkat ini rencananya dipasang di kawasan yang berdekatan dengan permukiman warga yang rawan tanah longsor. Sebab, dengan begitu, bunyi sirene yang hanya menjangkau jarak maksimal 500 meter itu lebih cepat direspons.
Sani mengatakan seluruh perangkat itu digarap oleh tim UGM lintas ilmu, khususnya dari bidang elektronika dan teknik sipil.
Ihwal lamanya waktu produksi perangkat tersebut, Sani mengatakan tim menunggu kedatangan sensor untuk alat itu yang masih harus diimpor.
PRIBADI WICAKSONO
Baca juga:
Pejabat: Orang Malaysia Ogah Bekerja Kotor & Susah
Tolak Dinikahi, ISIS Penggal Kepala 150 Wanita
Cedera Kevin Mirallas Membaik
Puting Beliung, Ridwan Kamil Beraksi di Twitter