TEMPO.CO, Kupang - Sejumlah tokoh agama dan masyarakat Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang tergabung dalam Aliansi Penolakan Perdagangan Manusia (Ampera) menggelar seribu lilin dan malam renungan di Jalan El Tari, depan rumah jabatan Gubernur NTT, Rabu malam, 10 Desember 2014 (baca juga: Laporkan Atasan Rudi Soik Dijadikan Tersangka ).
Aksi ini sebagai bentuk penolakan terhadap masalah perdagangan orang (trafficking) yang marak terjadi di daerah itu. Selain itu, untuk mendukung langkah Brigadir Rudi Soik mengungkap mafia trafficking yang diduga melibatkan petinggi Kepolisian Daerah NTT.
Aksi seribu lilin yang dipasang berjejer di sepanjang Jalan El Tari ini mendapat simpati dari pengguna jalan yang melintas. Bahkan tak sedikit pengguna jalan yang menghentikan kendaraannya untuk berpartisipasi dalam aksi seribu lilin itu. "Aksi seribu lilin ini juga untuk memperingati Hari Hak Asasi Manusia," kata Romo Leo Malli, koordinator aksi tersebut (baca juga: PJTKI yang Diselidiki Brigadir Rudi Soik Ditutup).
Pada kesempatan itu, mereka juga menggelar doa dan renungan atas matinya penegakan hukum masalah trafficking di daerah ini. "Lilin yang dinyalakan ini sebagai tanda solidaritas bagi saudara-saudara kita yang mendapat perlakuan kasar akibat mafia perdagangan manusia ini," katanya.
Pembakaran lilin ini menjadi harapan agar tidak berputus asa dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan perdagangan manusia di daerah ini. "NTT berada pada urutan pertama masalah perdagangan orang di Indonesia," katanya. Aksi seribu lilin ini juga diikuti keluarga Brigadir Rudi Soik, seperti ayahnya, Filmon Soik, dan Ibu Nonce Soik.
YOHANES SEO
Berita lain:
Dirjen HAM: Menteri Susi seperti James Bond
Usai 'Malaysia Bodoh', Nanti PM Malaysia Pun Bule?
FPI Ogah Sebut Fahrurrozi Gubernur FPI