TEMPO.CO, Kupang - Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Tolak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (Gertak BBM) menggelar unjuk rasa di depan kantor Gubernur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Nusa Tenggara Timur, Selasa, 18 November 2014.
Mereka menuding Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya takut kepada Presiden Joko Widodo dalam soal kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi. "Gubernur takut Jokowi...Gubernur Takut Jokowi...Gubernur takut Jokowi," teriak mahasiswa saat unjuk rasa berlangsung. (Baca berita lainnya: Harga BBM Naik, Pedagang Eceran Dilarang Antre)
Mahasiswa mendesak Jokowi menurunkan lagi harga bahan bakar minyak bersubsidi yang baru saja dinaikkan. Menurut mahasiswa, kenaikan tersebut tidak punya dasar karena harga minyak dunia mengalami penurunan hingga US$ 80 per barel. "Tidak ada alasan untuk menipu rakyat demi kepentingan asing oleh Jokowi-Jusuf Kalla," kata koordinator unjuk rasa, Abi Yerusa.
Gubernur Frans Lebu Raya mengatakan mendukung aspirasi mahasiswa yang menolak kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Namun Ketua Dewan Pimpinan Daerah PDI Perjuangan Nusa Tenggara Timur itu menuturkan harga bahan bakar sebenarnya tetap disubsidi, yakni melalui tiga "kartu sakti" Jokowi: Kartu Kesejahteraan Sosial, Kartu Indonesia Sehat, dan Kartu Indonesia Pintar. (Baca juga: Harga BBM Naik, Kereta Kelinci Ikut Antre)
Menurut Frans, kenaikan harga bahan bakar minyak adalah bukti keberpihakan pemerintah Jokowi kepada rakyat. Dengan melepas subsidi bahan bakar minyak, kata dia, Presiden Jokowi menjamin hidup masyarakat lebih sejahtera. "Saya akan melanjutkan aspirasi massa tersebut ke tingkat nasional," kata Frans.
YOHANES SEO
Berita Terpopuler:
Islah DPR, Pramono Anung Sindir Fadli Zon
Kenaikan Harga BBM, Begini Hitungan Faisal Basri
Fahri Hamzah Ingin DPR Tetap Berkelahi
Ahok Didoakan Jadi Mualaf di Muktamar Muhammadiyah