TEMPO.CO, Yogyakarta - Masyarakat di lereng Merapi yang tinggal di sekitar sungai berhulu di gunung diminta waspada. Sebab, masih ada potensi banjir lahar hujan sebesar 20,4 juta meter kubik material erupsi tahun 2010. "Selain bahaya banjir lahar hujan, juga diwaspadai adanya letusan freatik," kata Agus Budi Santoso, Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta, Senin, 17 November 2014.
Material itu tersebar di beberapa sungai yang berhulu di Merapi, yaitu Sungai Boyong sebesar 1,9 juta meter kubik, Gendol (14,9 juta m3), Opak (2,6 juta m3), dan Kuning (1 juta m3). Hujan yang sering mengguyur puncak Merapi bisa mengakibatkan letusan freatik, yaitu letusan yang diakibatkan oleh menumpuknya air dan menutup lubang kawah. Akumulasi gas akan mendorong air dan terjadi letusan yang mayoritas mengeluarkan material berupa air yang menumpuk di kawah. Adanya air di kawah itu merupakan salah satu penyebab letusan freatik, meski bisa terjadi tanpa adanya air.
Badan SAR Nasional siap siaga 24 jam untuk mengantisipasi jika ada bencana di lereng gunung itu. Basarnas bekerja sama dengan badan penanggulangan bencana daerah setempat untuk koordinasi. "Saat ini kami melatih 240 relawan untuk SAR berbagai wilayah. Kalau hanya mengandalkan tim kami, hanya ada 16 saja," kata Waluyo Raharjo, Kepala Kantor Basarnas Daerah Istimewa Yogyakarta.
MUH SYAIFULLAH