TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Humas Badan Narkotik Nasional Komisaris Besar Sumirat Dwiyanto tidak heran jika seorang wakil rektor terjerat kasus narkoba. Hal ini dinyatakan Sumirat menanggapi kasus tertangkapnya Wakil Rektor Universitas Hassanudin Prof Musakkir karena pesta sabu di Makassar, Jumat dinihari kemarin. (Baca: Unhas Geger, Guru Besar dan Mahasiswi Nyabu)
"Kiai saja terjerat narkoba," ujar Sumirat ketika dihubungi Tempo, Jumat malam, 14 November 2014. Menurut dia, narkoba tidak memilih-milih korbannya.
Selain itu, Sumirat mengatakan penyebaran narkoba selalu naik setiap tahun. Semua daerah, ujar Sumirat, baik di Indonesia barat, tengah, dan timur, terdapat penyebaran dan penyalahgunaan narkoba. "Tidak hanya di Indonesia barat," katanya.
Sumirat mengakui Indonesia sangat lambat dalam menanggulangi penyebaran narkoba. Saat ini, ujar dia, Indonesia hanya berfokus menumpas penyebaran narkoba, bukan menyembuhkan para pecandunya. (Baca: Tertangkap Nyabu, Ini Pembelaan Guru Besar Unhas)
"Menurut data BNN, ada 4 juta pecandu narkoba," katanya. Sedangkan yang direhabilitasi hanya sebesar 18 ribu. Pun, dengan pecandu baru yang selalu bermunculan dan berjumlah lebih dari 18 ribu jiwa.
Sumirat membandingkan jumlah penanggulangan yang dilakukan Thailand. Thailand, menurut Sumirat, bisa merehabilitasi pecandu sebanyak 400 ribu jiwa tiap tahunnya. Dukungan militer dan polisi juga didapat dengan meminjamkan markasnya sebagai fasilitas rehabilitasi. "Kalau di sini, butuh berapa tahun?" ujar Sumirat.
Sebelumnya, Prof Musakkir tertangkap saat melakukan pesta sabu bersama dosen dan dua wanita di Hotel Grand Malibu di Jalan Pelita Raya, Makassar, Jumat dinihari, 14 November 2014, sekitar pukul 03.00 Wita. Kasusnya masih diselidiki oleh Polda Sulselbar hingga saat ini.(Baca: Kasus Sabu Guru Besar Unhas, Ini Kata Ketua KPK)
ANDI RUSLI
Berita Lain
Malaysia Kuasai 3 Desa, Pemda Nunukan Pasrah
Kontras Laporkan FPI ke Komnas HAM
MUI Tak Setuju FPI Dibubarkan, Mengapa?
Ahok Didukung MUI Asal...