TEMPO.CO, Yogyakarta - Dinas Perindustrian Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta bersama kepolisian mulai mengawasi pengecer bahan bakar minyak untuk mengamankan kuota BBM menjelang rencana kenaikan harga BBM bulan ini.
"Jangan sampai ada kecurangan seperti penimbunan dengan modus melayani pengecer di luar daftar dan melebihi jatah yang ditetapkan tiap harinya," kata Kepala Bidang Energi Dinas Perindustrian Gunung Kidul Pramuji Ruswandono, Rabu, 12 November 2014. (Baca juga: Dilarang Beli BBM Pakai Jeriken, Nelayan Bingung)
Pramuji menuturkan Gunung Kidul sebagai wilayah terpencil, dengan sedikit SPBU dan banyak pengecer, rawan penimbunan BBM. Di Gunung Kidul, hanya terdapat 11 SPBU tapi jumlah pengecer resmi mencapai 2.800 orang.
Perbandingan yang sangat timpang ini menjadi sorotan akan rawannya penimbunan karena satu pengecer hanya dijatah tak lebih 20 liter per hari. "Sisa kuota sampai akhir tahun ini makin menipis. Kami khawatir muncul panic buying lalu memicu penimbunan yang membuat stok lebih cepat habis," ujar Pramuji.
Pemerintah Gunung Kidul tahun 2014 ini mendapat kuota bahan bakar minyak sebesar 56 juta liter untuk Premium dan 20 juta liter untuk solar. Sampai Oktober lalu, untuk Premium tersisa 11 juta liter dan untuk solar tersisa 6 juta liter. "Masih sisa kurang dari 20 persen," kata Pramuji.
Lamanya keputusan penetapan kenaikan itu dikhawatirkan semakin membuat resah masyarakat dan rentan terjadi kepanikan yang mendorong aksi penimbunan. "Kami sudah berkoordinasi dan meminta kepolisian bergerak jika terjadi lonjakan konsumsi," ujarnya.
Dalam pertemuan dengan pemerintah DIY awal pekan lalu, Gunung Kidul sempat mengusulkan agar keadaan sebaran SPBU di wilayahnya bisa bertambah. Dengan demikian, keberadaan pengecer juga bisa disebar, tak menumpuk di lokasi tertentu saja. "Masalahnya, investor sampai sekarang hanya mengincar daerah yang dianggap ramai," tuturnya.
Pengelola SPBU Tegalrejo, Yogyakarta, Pujo Widodo, menuturkan, meskipun pemerintah menyatakan BBM akan naik November ini, memasuki pekan kedua bulan ini belum ada tanda-tanda pengurangan pasokan dari Pertamina regional Yogyakarta. "Pesanan tetap normal, belum ada pengurangan," katanya.
Langkah pengurangan pasokan biasanya ditempuh Pertamina jelang kenaikan harga BBM itu. "Konsumsi juga masih normal, tidak sampai terjadi antrean panjang yang mengkhawatirkan," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO
Berita lain:
Menteri Susi Usul Indonesia Keluar dari G20
APEC, Indonesia Jadi Sasaran Investasi Para CEO
BlackBerry Passport Pakai QWERTY, Ini Alasannya